Salah satu kegiatan Pusat Studi Wanita-Institut Ilmu Alqur'an adalah memenuhi undangan American Informed for Democracy (AID) untuk berdialog dan membantu korban tsunami di Aceh. Hal tersebut langsung telah dilaporkan dan disetujui dengan saran dan waktu oleh Bapak Prof. KH. Ali Yafie pada malam do’a bersama untuk Aceh di Masjid Raudhatul Qur’an pada tanggal 3 Januari 2005 dan juga telah dilaporkan kepada Ibu Ketua Umum Yayasan IIQ. Pada waktu itu disarankan untuk melakukan dialogue dan bantuan apa yang diperlukan pasca tsunami dan tidak hanya daerah Aceh saja yang terkena bencana alam di beberapa daerah Indonesia yang kena juga diikutsertakan demikian saran dari Bapak Prof. KH Ali Yafie. Selanjutnya hal tersebut tidak dapat dilaksanakan mengingat mahasiswa belajar dalam smester pendek sehingga konsentrasi lebih kepada kewajiban utama menjalanlan kuliah dan hal ini adalah benar, oleh karena itu acara dialogue ditunda untuk waktu dan kesempatan yang sesuai dengan availability jadwal mahasiswa.
Selanjutnya untuk acara dialog antara dunia barat dan dunia Islam (Muslim World), kembali IIQ diundang dalam program The People Speak 2005, bagian dari serangkaian tema yang disebut America and the World Working Together, yang didukung oleh koalisi organisasi nir laba, termasuk Open Society Institute, The Rockefeller Brothers Fund, dan United Nations Foundation, sebagai bagian yang terlibat dari kepedulian terhadap kebijakan luar negeri Amerika.
Pada dialogue ini pihak IIQ memilih topik Poverty, Hunger and Health mengapa? Karena, memang ini yang dialami, sedang terjadi dan menjadi sorotan dunia seiring dengan Millenium Development Goal, G8 semua ini merupakan isu dunia yang harus di cari solusinya. Jadwal dialogue tersebut oleh Amerika dipilih September 27, 2005 jam 20.00 WIB di Gedung Indosat, bertepatan dengan Amerika merayakan musibah 9 bulan tsunami. Untuk biaya penggunaan fasilitas koneksi video conference seluruhnya dibebankan kepada American Informed for Democracy.
Dalam rangka melaksanakan program tersebut di atas, kami telah mengirim surat kepada Bapak Pjs Rektor tertanggal 25 Juli 2005, dalam rangka menyiapkan dialogue ini diperlukan persiapan materi dan kemampuan bahasa. Persiapan tersebut direncanakan selama lebih kurang 45 hari, dalam tingkat pelaksanaannya pertemuan tatap muka dilakukan hanya sebanyak 33 hari. Sedangkan waktu pelaksanaan mengambil waktu masa libur mahasiswa dari awal Agustus 2005 sampai dengan September 27, 2005 dimulai dari pagi sampai siang dan sampai sore hari. Mahasiswa yang berpartisipasi dalam acara ini adalah 17 orang sesuai daftar terlampir, bertindak sebagai instruktur dan moderator saya sendiri dibantu dengan Sdr. Nibrasul Huda untuk struktur penulisan dan pemahaman materi, Bapak Nadratuz Zaman untuk pemahaman materi dan bahasa. Ibu Dra. Sri Utari, membantu kami dalam pemahaman materi tentang kesehatan sehingga team presenter kesehatan dapat berdialogue langsung dengan Dirjen Kesehatan. Selain itu juga Ibu Utari memberikan masukan-masukan dalam try-out pada tanggal 17 September dan berkesempatan hadir ketika acara dialogue berlangsung di Gedung Indosat tanggal 27 September jam 20.00 WIB.
Pada waktu serah terima Masjid Raudhatul Qur’an tanggal 26 September 2005 yang lalu kami telah menyampaikan kepada Ketua Umum Yayasan IIQ dan jajarannya, Bapak Prof. KH Ali Yafie, Bapak H.M. Sudomo dan Pimpinan IIQ beserta jajarannya sekaligus mengundang dan mohon do’a restunya demi kelancaran dan suksesnya acara dialogue pada tanggal 27 September 2005.
Alhamdulillah berkat do’a dan dukungan semua pihak, pada tanggal 27 September 2005 acara dapat berlangsung sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Dialogue dilaksanakan secara bersamaan dengan para peserta dari tempat yang berbeda (multiple sites) dan yang menjadi primary leader moderator adalah Northwestern University. Peserta video conference ada sebanyak 12 Universitas terdiri dari 10 Universitas Amerika dari 6 negara bagian, satu dari Indonesia dan satu dari Ecuador. Sayang sekali, Ecuador gagal berpartisipasi disebabkan masalah teknis.
Peserta Video Conference dari Indonesia adalah Institut Ilmu Alquran.
Atiqoti Minarika, Ushuluddin/V, Presenter Health
Azmi Nadiya, Tarbiyah/V, Presenter Poverty
Fatmah, Ushuluddin/III, Standby Presenter Health
Fitrotin Azizah, Syari’ah/VII, Presenter Hunger
Iswatin Hasanah, Ushuluddin/V, Listen to the presenter take notes and analyze the problem and prepare for question & answer
Minhatul Maula, Tarbiyah/VII, Asking question & answer
Munfaatin, Tarbiyah/V, Asking question & answer
Nurchayati, Ushuluddin/V, Listen to the presenter take notes and analyze the problem and prepare for question & answer
Nur Fadiyah, Syari’ah/V, Standby presenter hunger
Risma, Tarbiyah/III, Listen to the presenter take notes and analyze the problem and prepare for question & answer
Ruskha Nurur Ru’fah, Ushuluddin/III, Asking question & answer
Ruwaedah, Ushuluddin/V, Listen to the presenter take notes and analyze the problem and prepare for question & answer
Sita Simpati, Tarbiyah/III, Standby presenter
Syarifah Khairunissa, Syari’ah/XI, Presenter intro,question & answer
Wisamrohilina, Asking question, answer, & summarize all the discussion
Zuhriyyah Hidayati, Tarbiyah/V, Listen to the presenter take notes and analyze the problem and prepare for question & answer
Nurlela, S2 IIQ, Asking question & answer (just joint the VC team two days before the show)
Peserta Video Conference dari Amerika:
Mt. Holyoke College Massachusetts;
Northwestern University Illinois;
Illinois State University – Illinois;
St Bonaventure University – New York;
New York University – Manhattan New York;
Juanita College – Pensylvania;
Old Dominion University – Virginia;
University of Alabama – Alabama.
Hal ini baru pertama kali dilakukan dan Indonesia mendapat kesempatan pertama untuk mempresentasikan materi dari topik yang dibahas. Alhamdulillah semua berjalan lancar dan mahasiswi IIQ menjadi lime light dari acara diskusi tersebut sesuai dengan e-mail terlampir dari Mr. Seth Green, Ketua American Informed for Democracy. Acara dialogue juga dihadiri oleh dua orang perwakilan BEM IIQ.
Hasil diskusi dari video conference ini adalah:
Negara maju seperti Amerika bersedia untuk menyumbangkan dana untuk membantu Negara-negara berkembang yang mengalami masalah kemiskinan, kelaparan dan kesehatan.
Kendala yang paling utama dalam pendistribusian bantuan tersebut adalah korupsi, dimana banyak bantuan dana dari Negara maju tersebut tidak mencapai tujuan.
Negara maju seperti Amerika mengusulkan adanya kerja sama dari Lembaga Non Pemerintah dengan negara berkembang untuk mencari jalan alternative agar bantuan tersebut dapat diterima oleh yang membutuhkan. Mengapa? Karena, ada pernyataan dari pihak Amerika bawa pemerintah Amerika harusnya tidak perlu memberi bantuan kepada regim yang korup. Selain itu, mereka juga ada mengusulkan bahwa Negara maju dengan Negara berkembang harus bersama-sama melawan korupsi untuk mengentaskan kemiskinan. Karena, korupsi juga terjadi di organisasi keuangan dunia yaitu IMF dan World Bank. Peserta mengatakan bahwa 1% dari APBN Amerika untuk membantu Negara berkembang dalam mengurangi kelaparan, kemiskinan dan kesehatan yang jelek. 1% ini adalah sama dengan 25 billion US $ dimana kami mendengar dari mantan Presiden Bill Clinton pada diskusi di CNN beberapa waktu yang lalu akan ditingkatkan menjadi 30 billion US Dollar untuk membantu kemiskinan Negara dunia berkembang.
Banyak orang Amerika tidak pernah melihat penderitaan Negara berkembang setelah negeri mereka diterjang badai hebat Katrina dan Rita, mereka baru sadar bagaimana rasanya menderita kelaparan dan kehilangan harta benda. Sekarang, mereka dapat merasakan penderitaan Negara berkembang dan bersedia membantu semampunya.
Amerika mengusulkan harus ada doktrin internasional untuk menangani masalah-masalah di Negara berkembang.
Peserta dari Amerika juga mengusulkan pada PBB terutama organisasi UNICEF untuk membantu masalah kesehatan anak-anak di Negara berkembang.
Go Ahead, Share Your Thoughts! .