KIAT PEREMPUAN DALAM MENJALANKAN PERAN GANDA
Oleh : Dra. Lenny Brida Dipl. TESL, M.Si
Ass. Wr. Wb
Apa yang saya paparkan ini adalah berdasarkan pengalaman saya pribadi, keluarga lain mungkin memiliki kiat tersendiri yang menurut mereka baik sebab tidak seorangpun bisa mendiktekan dengan pasti, bagaimana suatu keluarga mencapai tujuan masing-masing. Hal ini tergantung pada kebutuhan yang unik dan kemampuan tiap anggota organisasi keluarga, untuk mencapai impian keluarga secara keseluruhan.
Data singkat :
Nama : Dra. Lenny Brida Dipl. TESL, M.Si
Pekerjaan : Dosen, Konsultan, Pengusaha
Nama Suami : Drs. Ghazali Husni Situmorang, Msc, Apoteker.
Jabatan : Direktur Jenderal pada Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial
Nama Anak : 1. Budi Syarif Situmorang (Mahasiswa)
2. Bobby Nirwan Ramadhan Situmorang (Kelas 3 SMU)
Saya mengenal suami saya di suatu organisasi mahasiswa Islam. Kami sama-sama aktivist dan sama-sama sebagai pengurus teras di Organisasi. Kami terbiasa bekerjasama untuk urusan organisasi, termasuk dalam upaya mencapai visi misi organisasi. Setelah periode organisasi berlalu, ternyata Allah tetap mempersatukan kami dalam suatu organisasi yang lain, yaitu : Keluarga. Samakah menjalankan organisasi mahasiswa dengan organisasi Keluarga?
Untuk menjawab pertanyaan ini, pengalaman saya mengatakan ada persamaan dan ada perbedaan. Salah satu persamaannya adalah ”organisasi itu sistem”, baik organisasi masyarakat maupun organisasi keluarga. Maka jika kita bicara sistem, tidak ada satu komponenpun dalam sistem itu yang bisa diabaikan, sebab mekanisme organisasi tidak akan berjalan baik apabila ada komponen sistem yang sakit atau patologist. Maka menurut hemat saya, jika ingin membangun organisasi keluarga yang sehat dan sejahtera adalah dengan jalan memperkuat semua komponen sistem, (Komponen inti yaitu Ayah, Ibu dan anak-anak). Untuk memperkuat komponen inti ini, semua orang dalam keluarga harus terus belajar sepanjang hayat. Tidak ada sekolah formal untuk menjadi ayah atau suami yang baik, atau tidak ada sekolah formal untuk menjadi ibu dan istri yang baik, juga tidak ada sekolah formal untuk menjadi anak yang baerbakti.
Sementara, diantara perbedaan yang dapat saya rasakan adalah menjalankan organisasi keluarga lebih berat dibanding organisasi mahasiswa. Karena di dalam organisasi keluarga kita membangun manusia dari titik nol, sementara di organisasi mahasiswa kita membangun manusia yang sudah hampir jadi.
Selama lebih dari 22 tahun, Saya dan suami berjuang membangun rumah tangga yang kami impikan yaitu keluarga yang sakinah, mawaddah, warrohmah. Tentu ada standar minimal yang harus dipenuhi untuk bisa mencapai kualitas keluarga, baik dari dimensi kualitas maupun kuantitas. Keluarga sakinah, mawaddah warrohmah, standarnya bukanlah materi, tetapi lebih dari itu, sejahtera lahir dan batin, ayah ibu bahagia dan anak-anak tumbuh wajar. Satu hal yang saya yakini adalah jika saya dan suami bahagia maka anak-anak kami akan tumbuh menjadi anak-anak yang kuat, karena . Dan kami berdua (saya dan suami) sangat menyadari untuk membahagiakan semua orang dalam keluarga, tidak ada satu orangpun dalam keluarga itu, yang hak-haknya tertindas. Intinya adalah jika ada hak-hak anggota keluarga yang tertindas, maka keluarga itu akan berpotensi menjadi keluarga patologis, maka akan semakin jauh dari pemenuhan standar keluarga sakinah, mawaddah warrohmah.
Saya menyadari dalam hidup ini saya menjalankan banyak peran, saya seorang Ibu, seorang istri, seorang dosen, seorang konsultan, seorang pengusaha, seorang anggota masyarakat, seorang pemimpin organisasi. Peran yang banyak ini tentu memerlukan strategi tertentu untuk menjalankannya. Bagaimana saya menjalankan peran-peran ini secara simultan? Kiat yang bisa saya bagi pada semua ibu /perempuan adalah untuk peran domestik sebagi ibu (pendidik utama bagi anak-anak), dan sebagai istri, tidak ada pendelegasian tugas, kedua peran ini tidak bisa ditawar, harus dilakonkan sendiri. Saya yakin, keluarga sakinah, mawaddah warrohmah tidak akan pernah tercapai jika peran sebagai ibu dan peran sebagai istri diwakilkan kepada orang lain.
Sementara, tugas di luar organisasi keluarga, yaitu sebagai dosen, sebagai konsultan, sebagi pengusaha dan sebagai pimpinan organisasi masih bisa didelegasikan kepada orang lain sebagai substitusi diri kita. Sebagai dosen, kita bisa memiliki asisten, sebagai konsultan kita memiliki tim kerja, sebagai pengusaha kita memiliki staf dan karyawan yang bisa menjalankan sebagian tugas kita dan sebagai pemimpin organisasi kita mempunyai wakil-wakil dan dewan pengurus. Yang penting untuk tugas di luar organisasi keluarga adalah bagaimana kita mengembangkan kemampuan manajerial dan leadership untuk menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan organisasi.
Sebagai kesimpulan untuk menjalankan peran kita yang multidimensi, diantaranya adalah sebagi ibu, maka hari ibu merupakan tonggak kesadaran perempuan untuk ikut terlibat memikirkan persoalan bangsa. Menurut hemat saya, caranya adalah dengan mengembangkan sinergi dan kerjasama dengan siapa saja yang mau ikut memecahkan masalah bangsa. Saya kurang sependapat jika perjuangan perempuan untuk membela hak-haknya dilakukan secara radikal yang kadangkala keluar dari konteks kodratnya, tetapi jadikanlah value agama Islam yang syarat dengan aturan main yang bisa dijadikan standar/acuan dalam menjalankan peran-peran kita yang multikompleks.
Terakhir sekali saya mohon maaf, atas ketidakhadiran saya, ada tugas lain yang tidak dapat ditinggalkan, semoga forumdiskusi ini bisa melahirkan pemikiran segar dalam mencari solusi terhadap berbagai permasalahan bangsa ini.
Billahi Taufiq Walhidayah,
Ass.wr.wb
Go Ahead, Share Your Thoughts! .