Search in the Quran
Search in Quran:
in
Download Islamic Softwares (FREE)
Get Free Code
Powered by www.SearchTruth.com
Search Islamic Directory
Keyword:
Free Web Counter
hit Counter Credits

    Powered by Blogger

    My Daily Thoughts

Tuesday, June 02, 2009

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)


The Golden Ages

Oleh: Nadjematul Faizah, SH, M.Hum.
Ketua Pusat Studi Wanita Institut Ilmu Al Qur’an Jakarta

Dalam beberapa bulan terakhir ini Departemen Pendidikan, Departemen Agama dan para tokoh yang ahli di bidangnya memenuhi berita-berita di surat kabar tentang pentingnya pendidikan anak usia dini. Ibu guru TPA di masjid al Husainy, juga menyampaikan kepada penulis, bahwa saat ini seminggu tiga kali, beliau mengajar PAUD di lingkungan rumahnya di belakang supermarket Tip Top Ciputat. Penyelenggaraan PAUD ini atas prakarsa masyarakat penduduk setempat yang meminta sang Ibu guru mengajarkan anak-anak mereka setelah mengetahui apa kegiatan Ibu guru tersebut yang lulusan dari Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Sang guru bersama teman-temannya ada empat orang akhirnya bersedia membantu untuk mengajar anak-anak, setelah mendapat pinjaman teras rumah penduduk, jumlah murid mencapai 90 murid, dapat dibayangkan belajar di teras, berarti tanpa peralatan dan murid datang dengan membawa sendiri kursi dan meja kecil dari rumah masing-masing. Setiap kali datang mereka membayar Rp. 2000,- (dua ribu rupiah) untuk bantuan bahan-bahan ajar. Selain PAUD di Ciputat, penulis membimbing mahasiswa IIQ yang ber kuliah kerja lapangan (KKL) yang berlokasi di Lebak Bulus. Ketika penulis menyerahkan mahasiswa kepada pihak Kelurahan, Pak Lurah dan Wakil Lurah meminta bantuan agar mahasiswa IIQ yang ber KKL ini juga membantu kegiatan PAUD di lingkungan Kelurahan Lebak Bulus.
Dari uraian di atas menimbulkan pertanyaan, mengapa begitu banyak perhatian terhadap PAUD ini? Di Universitas Negeri Jakarta, Program Pascasarjana S2 dan S3, memiliki program studi Pendidikan Usia Dini. Pendidikan anak usia dini disebut juga the golden ages. Pada umumnya orang menganggap anak kecil cukup dikasih makan permen, mainan kalau menangis, sduah cukup atau anak kecil kurang dianggap, belum tahu apa-apa dan sebagainya. Bahkan penyair Noah Perry pernah bertanya, “Siapa yang tahu pikiran anak-anak?” Jean Piaget, psikolog Swiss (1896-1980) tahu lebih banyak ketimbang orang lain . Bersikap tidak tepat , akan berakibat baik dan buruk ke depan bagi anak tersebut. Oleh karena itu Pusat Studi Wanita IIQ yang juga membidangi perlindungan anak ingin berbagi dengan pembaca Jurnal halal pada rubrik parenting ini.
Dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa:
“Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Dalam pasal 26 ayat 3 menyatakan bahwa “pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini ..., serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik”.
Selanjutnya pada ayat 4 “satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis”
Pendidikan anak usia dini masuk dalam pendidikan non formal. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Jadi pendidikan anak usia dini diatur dalam peraturan perundang-undangan SISDIKNAS. Jadi, apa yang dilakukan oleh Ibu guru di atas adalah pusat kelompok belajar dan pusat kegiatan belajar masyarakat, dan tidak ada yang salah untuk itu sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya akan disampaikan bagaimana pendidikan anak usia dini dari tinjauan psikologi pendidikan?
Beberapa akhli psikologi pendidikan menyampaikan bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, memulainya harus dari pendidikan anak usia dini, oleh karena itu penting mempelajari pola perkembangan anak. Kebanyakan perkembangan adalah pertumbuhan, meskipun pada akhirnya akan mengalami penurunan (kematian). Pendidikan harus sesuai dengan perkembangan ini, artinya pengajaran untuk anak-anak harus dilakukan pada tingkat yang tidak terlalu sulit dan terlalu menegangkan atau terlalu mudah dan menjemukan. Dengan mengetahui perkembangan anak akan membantu memahami seperti apakah level yang optimal untuk pengajaran pembelajaran kita. Misalnya, adalah keliru jika kita mendesak murid untuk membaca padahal mereka belum siap untuk itu dari sudut pandang perkembangan; tetapi jika mereka sudah siap, membaca materi mata pelajaran harus diberikan pada level yang pas. Hal tersebut menunjukkan bahwa pola perkembangan anak adalah pola yang kompleks karena merupakan hasil dari beberapa proses biologis, kognitif dan sosioemosional. Perkembangan juga bisa dideskripsikan berdasarkan periodenya.
Proses biologis adalah perubahan dalam tubuh anak. Warisan genetik memainkan peran penting. Proses biologis melandasi perkembangan otak, berat dan tinggi badan, perubahan dalam kemampuan bergerak, dan perubahan hormonal di masa puber. Proses kognitif adalah perubahan dalam pemikiran, kecerdasan, dan bahasa anak. Proses perkembangan kognitif memampukan anak untuk mengingat puisi, membayangkan bagaimana cara memecahkan soal matematika, menyusun strategi kreatif, atau menghubungkan kalimat menjadi pembicaraan yang bermakna. Proses sosioemosional adalah perubahan dalam hubungan anak dengan orang lain, perubahan dalam emosi, dan perubahan dalam kepribadian. Pengasuhan anak, perkelahian anak, perkembangan ketegasan anak perempuan, dan perasaan gembira remaja dapat mendapatkan nilai yang baik semuanya itu mencerminkan proses perkembangan sosioemosional.
Periode perkembangan diklasifikasikan sebagai periode infancy (bayi), early childhood (usia balita), middle dan late childhood (periode sekolah dasar), adolescence (masa remaja), early adulthood, dan late adulthood. Penulis akan menyampaikan periode early childhood yang kadang dinamakan usia “prasekolah” adalah periode akhir bayi sampai umur lima atau enam tahun. Selama periode ini anak menjadi makin mandiri, siap untuk bersekolah, seperti mulai belajar untuk mengikuti perintah dan mengidentifikasi huruf, dan banyak menghabiskan waktu bersama teman. Selepas taman kanak-kanak biasanya dianggap sebagai batas berakhirnya periode ini. Sebagaimana disebutkan di atas bahwa Jean Piaget lebih banyak tahu perkembangan anak, maka dalam tulisan ini akan disampaikan sesuai dengan usia PAUD. Dalam teori Piaget disebut tahap pra operasional atau Piagetian kedua. Tahap ini berlangsung kurang lebih mulai dari usia dua tahun sampai tujuh tahun. Ini adalah tahap pemikiran yang lebih simbolis ketimbang pada tahap sensorimotor tetapi tidak melibatkan pemikiran operasional, namun, tahap ini lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang logis. Pemikiran pra operasional bisa dibagi menjadi dua sub tahap : fungsi simbolis dan pemikiran intuitif. Fungsi simbolis terjadi kira-kira antara usia dua sampai empat tahun. Dalam tahap ini anak kecil secara mental mulai bisa merepresentasikan objek yang tak hadir. Ini memperluas dunia mental anak hingga mencakup dimensi-dimensi baru. Penggunaan bahasa mulai berkembang dan kemunculan sikap bemain adalah contoh lain dari peningkatan pemikiran simbolis dalam dalam sub tahap ini. Anak kecil mulai mencoret-coret gambar orang, rumah, mobil, awan, dan banyak benda lain dari dunia ini. Mungkin karena ank kecil tidak begitu peduli pada realitas, gambar mereka tampak aneh dan tampak khayal. Dalam imajinasi mereka, matahari warnanya biru, langit berwarna hijau, dan mobil melayang di awan. Simbolisme ini sederhana tapi kuat, tidak berbeda dengan lukisan abstrak di dalam seni lukis modern. Seperti dikatakan seniman Spanyol terkenal Picasso, “Saya pernah menggambar seperti Raphael, tetapi saya butuh waktu seumur hidup untuk menggambar seperti anak kecil” seorang anak berumur tigasetengah tahun melihat gambar yang baru saja dibuatnya, kemudian dia mengatakan bahwa itu adalah burung kuntul mencium anjing laut.
Pemikiran pra operasional masih mengandung dua keterbatasan egosentrisme dan animisme. Egosentrisme adalah ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif milik sendiri dengan perspektif orang lain. Misalnya, menerima telepon ketika menjawab ditanya dengan mengangguk tanpa mempertimbangkan perspektik penelpon tidak dapat melihat dirinya mengangguk. Animisme adalah kepercayaan bahwa objek tidak bernyawa punya kualitas “kehidupan” dan bisa bergerak. Misalnya “pohon mendorong daun dan membuatnya gugur”. Kemudian sub tahap intuitif, sub tahap kedua yang dimulai sekitar usia empat tahun dan berlangsung sampai tujuh tahun. Anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan, karena anak-anak tampak merasa yakin terhadap pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi tidak menyadari bagaimana mereka bisa mengetahui apa-apa yang ingin mereka ketahui. Artinya mereka mengatakan bahwa mereka tahu sesuatu tetapi mereka mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional. Selain itu karakteristik pemikiran yang disebut centration yakni pemfokusan atau pemusatan perhatian pada satu karakteristik dengan mengabaikan karakteristik lainnya. centration tampak jelas dalam kurangnya concervation dari anak di tahap pra operasional. Conservation yang dimaksud disini adalah ide bahwa beberapa karakteristik dari objek itu tetap sama meski objek itu berubah penampilan. Misalnya volume air akan tetap sama meski dimasukkan ke dalam wadah yang bentuknya berlainan, tetapi bagi anak kecil tidak demikan halnya. Menurut Piaget concervation ini adalah kemampuan kognitif yang berkembang dalam tahap operasional konkret.
Periode umur menunjukkan Perkembangan/ perilaku anak dalam tonggak bahasa untuk anak usia 3-4 tahun rata-rata panjang ucapan naik dari 3 sampai 4 morfem per kalimat; menggunakan pertanyaan “ya” dan “tidak” dari pertanyaan “mengapa, dimana, siapa, kapan”; menggunakan bentuk negatif dan perintah; pemahaman pragmatis bertambah. Sedangkan untuk anak usia 5-6 tahun kosa kata mencapai rata-rata 10.000 kata dan koordinasi kalimat sederhana.
Dari proses perkembangan anak di atas, kita dapat mengetahui tahapannya dan beberapa akhli menyatakan bahwa pengayaan lingkungan anak dapat meningkatkan inteligensi mereka. Selain itu, yang penting anak-anak harus diberikan asupan gizi yang baik, makanan halal karena menurut Lindsey dan Spuhler yang disampaikan oleh Dr. Rachmat Mulyono, bahwa pembentukan otak menjadi cerdas 90% pada usia 0-3 tahun dan sisanya 10% pada usia 3-17 tahun. Sedangkan menurut S. Bloom 50% usia 0-4 tahun, 30% usia 4-8 tahun dan 20% 8-18 tahun. Jadi, perkembangan anak menunjukkan suatu bangsa ke depan cerdas tidaknya dapat dideteksi sejak anak-anak berusia 0-8 tahun, dan ini adalah masa keemasan anak (golden ages). Jadi tidak heran kalau saat ini semua memfokuskan perhatian kepada PAUD, dan yang paling penting adalah tenaga pengajar yang profesional di bidang pendidikan anak usia dini, yang memahami psikologi pendidikan agar tidak salah dalam penerapan pembelajaran.

Daftar pustaka
Santrock, John. W. Psikologi Pendidikan, ed. Dua. MaGrawHill Co. Kencana, Jakarta. 2008.
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Kuliah Dr. Rachmat Mulyono.








posted by KETUA PSW IIQ at 1:04 PM |

0 Comments:

Go Ahead, Share Your Thoughts! Post a Comment.

TAKE ME BACK TO THE MAIN PAGE...