|
Monday, January 18, 2010
Mengenal Hospital Schooling, Sekolah Alam dan Sekolah Inklusi
Mengenal Hospital Schooling, Sekolah Alam dan Sekolah Inklusi Oleh Nadjematul Faizah – Ketua Pusat Studi Wanita dan Anak (PSW) IIQ
Tumbuh kembang dari periode anak yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik, ketiga hal ini adalah perkembangan anak serta proses periode secara umum dan ini juga terjadi pada anak-anak yang memiliki kemampuan berbeda. Selama beberapa tahun ini sekolah umum tidak banyak melakukan sesuatu untuk mendidik anak-anak yang memiliki kemampuan yang berbeda. Perbedaan tersebut dalam pikiran kita adalah kekurangan atau ketidakmampuan, padahal banyak diantara mereka yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Ketidakmampuan dan kelebihan ini masuk dalam kategori murid yang sulit diajar atau murid yang “sulit” bagaimana guru mengatasinya, strategi terbaik untuk mengajar anak-anak semacam ini adalah mencari tahu apa yang mereka butuhkan, menentukan cara menyediakan kebutuhan itu dan secara teratur mengevaluasi apakah cara itu berhasil atau tidak. Pelajar yang “tidak biasa” (exceptional) adalah anak-anak yang memiliki gangguan atau ketidakmampuan dan anak-anak yang tergolong berbakat. Siapakah anak yang menderita ketidakmampuan itu? Gangguan indra, gangguan fisik, retardasi mental, bicara dan bahasa, gangguan belajar, attention deficit hyperactivity disorder dan gangguan emosional perilaku. Isu pendidikan yang berkaitan dengan anak yang menderita ketidakmampuan adalah aspek hukum, penempatan dan pelayanan, orang tua sebagai mitra pendidikan dan teknologi. Sedangkan bagi anak-anak berbakat kita harus memperhatikan karakteristik, studi Terman klasik dan bagaimana mendidik anak berbakat. Istilah ketidakmampuan atau disability dan cacat atau handicap saat ini dibedakan. Disability adalah keterbatasan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang. Handicap adalah kondisi yang dinisbahkan pada seseorang yang menderita ketidakmampuan. Kondisi ini boleh jadi disebabkan oleh masyarakat, lingkungan fisik, atau sikap orang itu sendiri. Para pendidik menggunakan istilah “children with disabilities” anak yang menderita gangguan/ketidakmampuan. Sebagai pendidik harus dapat memahami dan mengapresiasi invidualitas anak, bersikaplah rendah hati di depan orang tuanya, beri informasi ketidakmampuan anak, bicara pada orang tua bukan pada anak, hindari penggunaan stereotip pada anak, ajak orang tua untuk membangun dan menjaga komunikasi yang efektif. Bicaralah dengan orang tua tentang bagaimana media dapat menyebarkan gambaran yang keliru tentang anak. Oleh karena itu, kami akan menyampaikan pengalaman dari dua orang tutor (Ade dan Aan). Ade adalah tutor yang membantu anak-anak belajar yang mengalami sakit dan tinggal di rumah sakit dengan istilah hospital schooling (pendidikan di rumah sakit). Sedangkan Aan, tutor untuk pendidikan inklusi (mendidik anak dengan pendidikan special di kelas regular) dan sekolah alam.
Sekolah Alam dapat dikatakan sekolah yang berada di lokasi yang jauh atau terpencil dan ada keterbatasan sehingga media pembelajaran menggunakan alam sekitarnya. Misal, keadaan bukit, gunung, sungai, danau dan tumbuh-tumbuhan lain. Sehingga guru mengajarkan langsung, bukti akar serabut, untuk tanaman, fenomena alam . Sekolah alam lainnya adalah yang menggunakan situasi lingkungan yang diciptakan agar siswa dikondisikan mengenal alam sekitar sekolah yang berlokasi di tengah kota. Dalam rangka corporate social responsibility (CSR) beberapa perusahaan berpartisipasi mendukung program sekolah alam ini atau lebih dikenal sebagai menjaga kelestarian, keberlanjutan (sustainable) dan mengenalkan kecintaan pada lingkungan hidup sekitar dimana lokasi anak berada. Hospital Schooling:
Ade, yang pernah menjadi tutor menjelaskan Hospital schooling adalah pendidikan non formal yang diadakan di rumah sakit. Siswanya adalah pasien yang di rawat di rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), RS Kanker Dharmais dan RSUP Fatmawati. Prakarsa sekolah ini datangnya dari Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia yang memiliki program pelayanan membantu anak penderita kanker melalui perawatan dan pengobatan. Salah satu programnya adalah “Sekolah-ku” untuk tingkat pra TK, TK, SD dan SMP. Tujuan dari “Sekolak-ku” memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar dan bagi yang ingin mengikuti pelajaran sekolahnya sehingga bila pengobatan dan perawatan telah selesai, mereka dapat kembali ke sekolah dan mengikuti pelajaran. Bagi anak-anak pra TK dan TK agar dapat melengahkan penderitaannya dan sekaligus menghilangkan kebosanan selama di rumah sakit dan dapat membantu orang tua untuk beristirahat sejenak dari menjaga anak yang sakit. Hospital schooling diberikan secara cuma-cuma, adapun gagasan hospitalschooling ini adalah hasil adopsi dari Negara Belanda yang telah mempraktekkannya terlebih dahulu. Tutor Hospital schooling menceritakan kepada kami bahwa anak-anak tersebut begitu bersemangat untuk belajar, bahkan keadaan anak tersebut memberikan motivasi bagi tutor. Jadi secara teori di atas kita mengatakan bagaimana strategi guru menghadapi perbedaan anak, tetapi pada kondisi anak yang sedang sakit yang tetap memiliki semanagat dan penyakit tidak menjadi penghalangnya adalah merupakan suatu karunia yang Allah SWT berikan. Di sini terjadi interaksi proses belajar mengajar antara tutor dan siswa, bukan saja kognisi, afeksi, psikomotorik dari siswa tetapi juga bagi tutor itu sendiri dimana terjalin hubungan batin yang kuat antara siswa dan tutor. Ada siswa yang selesai pengobatan dan dapat melanjutkan kembali sekolahnya dan berhasil dan ada yang tidak dapat menyelesaikan semuanya karena sesuai kehendak Allah SWT, dan ini membuat sedih keluarga dan tutor, yang menyebut mereka “malaikat kecil” pemberi semangat.
Dalam PP No. 74 tahun 2008 pasal 15 ayat 3 huruf g: Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang memberikan kesempatan bagi peserta didik berkelainan untuk belajar bersama-sama dengan peserta didik normal pada satuan pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan keagamaan dengan menyediakan sarana, pendidik maupun tenaga kependidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, dimana mereka mengikuti kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Jadi dari aspek hukum ada pemenuhan.
Sekolah Alam dan Inklusi:
Aan, tutor sekolah alam dan inklusi menjelaskan bahwa lembaga pendidikan yang berbasiskan alam sebagai media pembelajaran siswa menjadi satu rujukan baru bagi konsep pendidikan bahwa sekolah itu menyenangkan. Salah satu model sekolah alam yang ada di wilayah selatan Jakarta adalah Sekolah Citra Alam Ciganjur. Sekolah Citra Alam Ciganjur atau yang lebih familiar disebutkan SCA adalah salah satu lembaga pendidikan yang memfasilitasi jenjang proses belajar dari play group, sekolah dasar dan sekolah menengah. SCA yang memiliki kurikulum terintegrasi dengan alam yang memadukan kurikulum local, nasional, berorientasi global dan spiritual basic. Pilar karakter Asmaul Husna menjadi filosofi landasan utama dalam proses penanaman akidah Islam. Nilai-nilai keagamaan dan kebersamaan dalam ibadah pun diterapkan sekolah dengan selalu melaksanakan shalat sunnah dhuha, shalat wajib dengan berjama’ah. Pembacaan Asmaul Husna dan doa belajar sebelum pelajaran dimulai menjadi ritual keagamaan setiap pagi, dan doa penutup belajar kala pelajaran telah selesai. Alam sebagai sumber pengetahuan selain guru merupakan media belajar, eksplorasi dan pelestarian lingkungan yang paling efektif. Dengan alam setiap siswa dididik untuk mengenal Allah SWT, dibimbing agar mampu secara mental social memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Eksplorasi dengan alam misal pada saat pelajaran lingkungan hidup (LH). Model sekolah yang berlandaskan student center ini siswa diperkenalkan bagaimana proses pertumbuhan satu tanaman. Dengan memperkenalkan struktur tanah, komposisi pupuk, pengairan, benih dari biji hingga proses tumbuhnya itu dikaitkan dengan kebesaran Allah SWT. Dan bagi para ABK pada saat LH pun mereka ikut terlibat seperti siswa lainnya (dengan dampingan shadower).
Konsep learning to do, learning to know, learning to live together dan learning to be menjadi empat pilar belajar yang oleh UNESCO dipandang sebagai pendekatan belajar yang perlu diterapkan untuk menyiapkan generasi muda. Sekolah Citra Alam mengadopsi keempat pilar tersebut menjadi satu alternative yang menjadikan siswa merasakan bahwa sekolah itu lebih fun, enjoy dan penuh dengan petualangan. Dengan kurikulum terintegrasi yang diterapkan di SCA memberikan kesempatan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) atau special need children berbaur dengan anak yang tidak berkebutuhan khusus. Kurikulum tersebut memberikan manfaat bagi proses penyembuhan atau meminimalisir kekurangan yang dimiliki oleh para ABK. Anak berkebutuhan khusus (ABK) sendiri memiliki kategori yang bermacam-macam. Ada hiperaktif (ADD/ADHD), autis, down syndrome, dll.
Proses belajar di kelas yang tidak membedakan antara ABK dan anak non ABK memberikan peluang bagi setiap anak untuk mampu bersikap menghargai kelebihan dan kekurangan baik dari segi fisik ataupun mental ABK. Bahkan anak yang non ABK cenderung memiliki empati yang tinggi untuk membantu para ABK bersosialisasi dengan teman lainnya, sikap berbagi terlihat juga saat masing-masing anak mempunyai makanan yang berbeda dari yang lainnya, atau membantu memberikan pemahaman pada pelajaran yang memang ABK tidak sanggup menangkap materi yang disampaikan guru. Dinamakan ABK karena mereka memiliki kelebihan atau kekurangan yang tidak ada pada anak umum lainnya. Keadaan mereka secara fisik atau mental disebabkan banyak factor. Adanya kelainan saraf diakibatkan obat-obatan yang dikonsumsi selama ibu hamil, hingga proses tumbuh kembang janin tidak semestinya. Keunikan yang dimiliki oleh ABK antara lain kompetensi secara IQ termasuk tinggi, daya tangkap dan kemampuan mengingat ada yang maksimal atau sebaliknya, bakat yang menonjol seperti kemampuan melukis setaraf dengan keahlian anak non ABK.
Dari pengalaman Aan sebagai tutor sekolah menyediakan guru pendamping khusus, yang diistilahkan dengan shadow teacher. Hal tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan efektifitas belajar ABK dapat berjalan sejajar/setara/seimbang dengan non ABK. Pendampingan yang dilakukan shadower terhadap ABK selama proses belajar di sekolah tidak hanya pada akademik ABK, tetapi juga bagaimana cara bersosialisasi, bersikap terhadap guru dan teman-temannya perlu diajarkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ABK tidak mengetahui secara tepat cara bersikap tindak sesuai keadaan atau kebutuhan. Selain itu, terapi juga diberikan kepada ABK di sekolah. Jika ABK memiliki kelemahan dalam hal bicara maka ada waktu khusus di luar jam belajar untuk melatih verbal ABK. Jika terdapat gangguan kesulitan dalam hal tulis menulis akan dilakukan pendampingan terapi menulis dll. Terapi makanan pun dilakukan di sekolah. Artinya menu makan ABK harus sepengetahuan ibu atau dokter yang menanganinya. Menu makan khusus ABK memungkinkan akan mengurangi gejala-gejala yang dapat mengganggu segala aktifitas anak di sekolah.
Anak berbakat:
Anak-anak berbakat, adalah anak yang keadaannya bertolak belakang dengan anak penderitaketidakmampuan. Anak-anak berbakat (gifted) punya kecerdasan di atas rata-rata (biasanya punya IQ di atas 130) dan atau punya bakat unggul di beberapa bidang, seperti seni, music, atau matematika. Program untuk anak berbakat di sekolah biasanya berdasarkan pada kecerdasan dan prestasi akademik. Criteria anak berbakat harus memasukkan multiple intelligence dari Gardner, dan di masa depan kemungkinan kriterianya tidak lagi mencakup IQ. Kriteria anak berbakat (Ellen Wiiner, 1996) : dewasa lebih dini (precocity) karena mereka dilahirkan membawa kemampuan di domain tertentu, tetap harus dipelihara dan dipupuk. Belajar menuruti kemauan mereka sendiri, tidak membutuhkan dukungan atau scaffolding dari orang dewasa. Menemukan masalah dan memecahkan masalah sendiri dengan cara yang unik di bidang yang menjadi bakatnya. Kemampuan mereka di bidang lain bisa normal atau di atas normal. Semangat untuk menguasai. Tertarik memahami bidang yang menjadi bakat, memperlihatkan minat besar dan obsesif dan kemampuan kuat focus, punya motivasi internal yang kuat. Penelitian yang dilakukan oleh Lewis Terman yang mengamati anak berbakat bahwa walaupun telah matang secara intelektual sebelum waktunya, tetapi mereka tidak mengalami gangguan emosional dan bisa menyesuaikan diri, namun bagi anak yang sangat cerdas dengan IQ 180 atau lebih sering mengalami masalah dalam menyesuaikan diri. Mendidik anak berbakat, jika tidak merasa tertantang dapat mengganggu, tidak naik kelas dan kehilangan semangat untuk berprestasi. Terkadang anak ini suka membolos, pasif, dan apatis terhadap sekolah. Menurut Hertzog empat program opsi untuk anak berbakat adalah kelas khusus (pull-out), akselerasi dan pengayaan di kelas regular, program mentor dan pelatihan dan kerja studi dan atau program pelayanan masyarakat. Ketiga kategori pendidikan di atas adalah menyangkut tumbuh kembang anak dan peran para pihak yang membuat keadaan tersebut menjadi positif. Adapun strategi guru harus dapat berkomunikasi dengan orang tua anak penderita ketidakmampuan dan anak berbakat sehingga tujuan untuk mendidik tercapai dan tidak salah arah. Ketiga jenis pendidikan di atas adalah sebuah pilihan/alternative.
DAFTAR PUSTAKA Dalam acara kickAndy pernah ditampilkan seorang Ibu Guru sekolah terpencil yang menggunakan contoh lingkungan langsung. Davidson, 2000. Pelajar yang tidak biasa. Dalam John. W. Santrok, Psikologi Pendidikan, 2008 Ellen Winner, 1996. Ditto, Dalam John. W. Santrok, Psikologi Pendidikan, 2008 Hertzog, 1998 ditto, Dalam John. W. Santrok, Psikologi Pendidikan, 2008 Lewis Terman, 1925, Ditto, Dalam John. W. Santrok, Psikologi Pendidikan, 2008 Lewis, 2002. dalam Psikologi Pendidikan John. W. Santrock, Psikologi Pendidikan, 2008 Roselli, 1996. Ditto, Dalam John. W. Santrok, Psikologi Pendidikan, 2008 PP No. 74 tahun 2008 Tentang Guru Wawancara dengan tutor Ade Laili Akhiliyah dan Aan Kharkanah
posted by KETUA PSW IIQ at 12:44 PM |
0 Comments:
Go Ahead, Share Your Thoughts! .
TAKE ME BACK TO THE MAIN PAGE...
|