SURAT AL-NISA AYAT SATU
TIDAK BIAS JENDER
Oleh : Dr.Anshori, MA
1st. Pendahuluan
Selama ini para mufassir baik klasik maupun kontemporer menafsirkan surat al-Nisa ayat satu bias jender, karena mayoritas ulama baik klasik maupun kontemporer menafsirkan ayat tersebut menyatakan, bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk Adam. Hal tersebut dapat dirujuk antara lain pada tafsir al-Kasysyaf karya Zamakhsyari jilid I, h. 451, tafsir al-Munir karya Wahbah al-Zuhaily jilid V, h.223, tafsir Nazhm al-Durar Fi Tanasub al-Ayaat Wa al-Suwar karya al-Biqa’I jilid II,h. 206.
Sekalipun ada sebahagian mufassir kontemporer tidak menyetujui pendapat diatas dengan alasan bahwa kata tulang rusuk harus diterjemahkan dengan makna metaforis bukan makna hakiki. Namun menurut penulis argumentasinya kurang jelas. Hal ini dapat dirujuk antara lain pada tafsir al-Mishbah karya Muhammad Quraish Shihab yang menyatakan:
Bahwa teks hadis yang menyatakan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk Adam dipahami oleh ulama-ulama terdahulu dalam arti harfiyah, namun tidak sedikit ulama kontemporer memahaminya dalam arti metafora, bahkan ada yang menolak kesohehan hadis tersebut. Yang memahami secara metafora menyatakan:”Bahwa hadis ini mengingatkan para laki-laki agar menghadapi perempuan dengan bijaksana, karena ada sifat dan kodrat bawaan mereka yang berbeda dengan laki-laki, sehingga bila tidak disadari akan mengantar laki-laki bersikap tidak wajar. Tidak ada yang mampu mengubah kodrat bawaan itu. Kalaupun ada yang berusaha, maka akibatnya akan fatal seperti upaya meluruskan tulang rusuk yang bengkok.
Bahkan Abdulkarim al-Khaththab lebih tegas lagi, dia menyatakan:”Manusia baik yang ada sekarang maupun yang akan muncul adalah buah dari benih yang satu. Kemudian Allah meniupkan ruh pada benih tersebut, lalu benih itu menumbuhkan buah yang banyak yang bermacam-macam bentuk. Dari benih atau materi yang sama diciptakan istrinya untuk Adam dalam rangka menyempurnakan keberadaan Adam.
Oleh karena itu penulis ingin menyatakan bahwa perempuan itu tidak diciptakan dari tulang rusuk Adam, dengan judul “Penafsiran surat al-Nisa ayat satu tidak bias jender.”
2nd. Kerangka teori/Paradigma
Kerangka teori yang digunakan penulis dalam menafsirkan surat al-Nisa ayat satu adalah sebagai berikut :
1. Mukhtalaf al-Hadis (dua atau lebih hadis shohih yang berbeda matannya dalam kasus yang sama) maka harus ditempuh dengan empat cara yaitu :
One. Jika mungkin dapat dikompromikan, maka perlu dikompromikan dan keduanya dapat diterapkan
Two. Jika dapat diketahui mana yang terdahulu dan mana yang belakangan, maka yang datang belakangan dapat menghapus hukum sebelumnya
Three. Jika tidak diketahui mana yang dahulu dan mana yang belakanagn, maka dapat ditempuh dengan jalan tarjih (mengambil yang lebih baik)
Four. Jika tidak dapat dilakukan dengan tiga cara tersebut, maka kita tawaqquf (tidak diamalkan keduanya).
2. Tasybih (penyerupaan) sebagaimana yang diungkapkan oleh Ahmad al-Hasyimi :
التشبيه اصطلاحا عقد مماثلة بين امرين او اكثر قصد اشتراكهما فى صفة او اكثر باداة لغرض يقصده المتكلم
Artinya:”Tasybih menurut istilahadalah melakukan penyerupaan antara dua hal atau lebih, dimaksudkan ada kesamaan diantara keduanya dalam satu sifat atau lebih dengan menggunakan huruf tasybih untuk tujuan yang dikehendaki oleh orang yang berbicara.
3rd. Pokok permasalahan
Dari uraian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Mengapa para ulama berbeda menafsirkan surat al-Nisa ayat satu ?
2. Bagaimana agar penafsiran surat al-Nisa ayat satu didak diartikan bias jender ?
4th. Tujuan Penulisan
Penulisan ini dimaksudkan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perbedaan penafsiran surat al-Nisa ayat satu di kalangan ulama
2. Untuk mengetahui paradigma apa yang digunakan ulama selama ini
3. Untuk memberikan paradigma yang digunakan menafsirkan surat al-Nisa ayat satu agar tidak bias jender
5th. Metodologi
Penelitian ini menggunakan data kualitatip karena data ini bersifat deskriptif berupa pernyataan tertulis. Adapun metode pengumpulan data penulis menggunakan perpustakaan (library Research) yang bahan kajiannya menggunakan sejumlah literatur berupa buku atau naskah tertulis seperti kitab tafsir, hadis dan kitab laiinya yang berkaitan dengan surat al-Nisa ayat satu.
F. Hasil Penelitian
Manusia pada baik laki-laki dan perempuan hakikatnya diciptakan dari tanah dan al-Qur'an telah menceritakan kepada kita tentang asal kejadian manusia sejak Nabi Adam sampai saat kita sekarang ini. Hal ini banyak disebutkan pada beberapa ayat al-Qur'an (Q.S.al-Sajadah/32: 7; Q.S.al-Rahmân/55:14; Q.S.al-Hajar/15 :26; Q.S. al-Mu'minûn/23:12; Q.S. al-An'âm/6: 2; Q.S. al-Shâfât/37: 11; Q.S. Shâd/38: 71; Q.S. al-Haj/22: 5; dan Q.S. al-Rûm/30: 20).
Penciptaan manusia pertama dapat dirujuk pada firman Allah
يَاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا (النساء/4 : 1)
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (Q.S. al-Nisâ’/4: 1)
Muhammad Quraish Shihab menjelaskan bahwa surat al-Nisâ’ mengajak agar senantiasa menjalin hubungan kasih sayang antara seluruh manusia. Karena itu ayat ini walau turun di Madinah yang biasanya panggilan ditujukan kepada orang beriman, (يايها الذين امنوا ), namun demi persatuan dan kesatuan, ayat ini mengajak semua manusia yang beriman dan yang tidak beriman. (Lebih lanjut lihat Tafsir al-Mishbah, Vol.2, h.313.
Ketika Muhammad Quraish Shihab menerjemahkan kata من نفس واحدة beliau memaparkan pendapat para ulama tafsir. Menurutnya bahwa mayoritas ulama memahaminya dalam arti Adam a.s. Ada juga pendapat minoritas yang memahaminya dalam arti jenis manusia lelaki dan perempuan, seperti Muhammad Abduh, al-Qasimi dan beberapa ulama kontemporer lainnya, sehingga ayat ini sama dengan maksud firman Allah dalam al-Qur'an Surat al-Hujurât/49 ayat 13 yang intinya berbicara tentang asal kejadian manusia yang sama dari seorang ayah dan ibu, yakni seperma ayah dan ovum/indung telur ibu. Tapi tekanannya pada persamaan hakikat kemanusiaan orang perorang, karena setiap orang walau berbeda-beda ayah dan ibunya, tetapi unsur dan proses kejadian mereka sama. Oleh karena itu tidak wajar seseorang menghina atau merendahkan orang lain.
Selanjutnya Muhammad Quraish Shihab menjelaskan bahwa memahami kata نفس و احدة sebagai Adam a.s. Menjadikan kata زوجها yang secara harfiyah bermakna pasangannya, adalah istri Adam a.s. Yang populer bernama Hawa. Agaknya karena ayat itu menyatakan bahwa pasangan itu diciptakan dari نفس واحدة yang berarti Adam a.s., maka para ulama tafsir terdahulu memahami bahwa istri Adam a.s. diciptakan dari Adam sendiri. Pandangan ini kemudian melahirkan pandangan negatif terhadap perempuan dengan menyatakan bahwa perempuan adalah bagian dari lelaki.
Banyak penafsir menyatakan bahwa pasangan Adam itu diciptakan dari tulang rusuk Adam sebelah kiri yang bengkok, kemudian Muhammad Quraish Shihab mengutip pendapat Qurthubi dalam tafsirnya. ”Oleh karena itu perempuan bersifat عوجاء artinya bengkok. Pandangan ini mereka perkuat dengan hadis Rasul saw. yang menyatakan:
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ وَمُوسَى بْنُ حِزَامٍ قَالَا حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ زَائِدَةَ عَنْ مَيْسَرَةَ الْأَشْجَعِيِّ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ رواه البخارى
"Abu Kuraib dan Musa Ibnu Hizam menceritakan kepada kami, keduanya berkata, "Husain Ibnu Ali menceritakan kepada kami dari Zaidah, dari Maisarah al-Asyja’i, dari Abi Hazim, dari Abi Hurairah r.a. Berkata, 'Rasulullah saw. telah bersabda, 'Berwasiatlah kepada para perempuan. Sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah tulang rusuk yang ada paling atas, jika kamu ingin meluruskannya, maka kamu akan mematahkannya, dan jika kamu biarkan, maka tulang rusuk itu tetap bengkok, maka berwasiatlah kepada para perempuan." (H.R. Bukhari)
Hadis ini dipahami oleh ulama-ulama terdahulu dalam arti harfiyah, namun tidak sedikit ulama kontemporer memahaminya dalam arti metafora, bahkan ada yang menolak kesahehan hadis tersebut. Yang memahami secara metafora menyatakan bahwa hadis itu mengingatkan para laki-laki agar menghadapi perempuan dengan bijaksana, karena ada sifat dan kodrat bawaan mereka yang berbeda dengan laki-laki, sehingga bila tidak disadari akan mengantar laki-laki bersikap tidak wajar. Tidak ada yang mampu mengubah kodrat bawaan itu. Kalaupun ada yang berusaha, maka akibatnya akan fatal seperti upaya meluruskan tulang rusuk yang bengkok.
Kemudian Quraish Shihab mengutip Thabathaba’î dalam tafsirnya yang menyatakan, ”Perempuan (istri Adam a.s.) diciptakan dari jenis yang sama dengan Adam. Ayat tersebut sedikitpun tidak mendukung paham yang beranggapan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk Adam. Memang tidak ada petunjuk dari al-Qur’an yang mengarah ke sana, atau bahkan mengarah kepada penciptaan pasangan Adam dari unsur yang lain."
Muhammad Quraish Shihab juga mengutip pendapat Sayyid Muhammad Rasyid Ridho, bahwa hal tersebut timbul dari apa yang termaktub dalam Perjanjian Lama (Kejadian II:21-22) yang menyatakan, ”Bahwa ketika Adam tidur lelap, maka diambil oleh Allah sebilah tulang rusuknya, lalu ditutupkannya pada tempat itu dengan daging. Maka dari tulang yang telah dikeluarkan dari Adam itu, dibuat Tuhan seorang perempuan.” Rasyid Ridha menjelaskan, ”Seandainya tidak tercantum kisah kejadian Adam dan Hawa dalam Perjanjian Lama seperti redaksi di atas, niscaya pendapat yang menyatakan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk Adam tidak pernah akan terlintas dalam benak seorang muslim.”
Muhammad Quraish Shihab mengatakan
Perlu dicatat sekali lagi bahwa pasangan Adam itu diciptakan dari tulang rusuk Adam, maka itu bukan berarti bahwa kedudukan kaum perempuan selain Hawa demikian juga, atau lebih rendah dibanding dengan lelaki. Ini karena semua laki-laki dan perempuan anak cucu Adam yang lahir dari gabungan antara laki-laki dan perempuan. Sebagaimana bunyi surah al-Hujurât di atas, dan sebagaimana penegasan-Nya, ”Sebagian kamu dari sebagian yang lain” (Q.S.Ali Imrân/3: 195). Lelaki lahir dari pasangan laki-laki dan perempuan, begitu juga perempuan. Karena itu, tidak ada perbedaan dari segi kemanusiaan antara keduanya, kekuatan lelaki dibutuhkan oleh perempuan dan kelemahlembutan perempuan didambakan oleh laki-laki. Jarum harus lebih kuat dari kain, dan kain harus lebih lembut dari jarum. Kalau tidak, jarum tidak akan berfungsi, dan kain pun tidak akan terjahit. Dengan berpasangan, akan tercipta pakaian yang indah, serasi dan nyaman.
Memang Muhammad Quraish Shihab tidak mengingkari adanya hadis yang artinya ”Saling memesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Karena diriwayatkan oleh Bukhori, Muslim dan Tirmidzi dari Sahabat Abu Hurairah. Namun tulang rusuk yang bengkok harus dipahami dalam pengertian majazi (kiasan).
Penegasan-Nya bahwa خلق منها زوجها Allah menciptakan darinya yakni dari نفس واحدة itu pasangannya mengandung makna bahwa pasangan suami istri hendaknya menyatu sehingga menjadi diri yang satu, yakni menyatu dalam perasaan dan pikirannya, dalam cita dan harapannya, dalam gerak dan langkahnya, bahkan dalam menarik dan menghembuskan nafasnya. Itu sebabnya perkawinan dinamai زواج yang berarti keberpasangan di samping dinamai نكاح yang berarti penyatuan ruhani dan jasmani. Suami dinamai زوج dan istri pun demikian.
Beberapa pakar tafsir yang belum disebut dalam tafsir al-Mishbah, tampaknya telah disebut oleh Muhammad Quraish Shihab dalam bukunya Wawasan Al-Qur'an yang menyatakan, "Banyak sekali pakar tafsir yang memahami kata nafs dengan Adam, seperti Jalaluddin As-Suyuthi, Ibnu Katsir, Al-Qurthubi, Al-Biqa'i , Abu As-Su'ud, dan lain lain. Bahkan At-Tabarsi, salah seorang ulama tafsir bermazhab Syi'ah (Abad ke-6 H.) mengemukakan dalam tafsirnya bahwa seluruh ulama tafsir sepakat mengartikan kata tersebut dengan Adam."
Dalam buku karya terbaru Muhammad Quraish Shihab yang berjudul Perempuan, dia mengakui ada bias jender bagi mufasir klasik seperti yang disebutkannya,
Bahwa asal kejadian perempuan berbeda dari asal kejadian lelaki. Pandangan ini bersumber dari hadis yang diriwayatkan oleh Bukhori, Muslim dan al-Turmudzi melalui Abu Hurairah yang intinya, ”Saling memesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok.” Hadis ini dipahami oleh ulama terdahulu secara harfiah, namun tidak sedikit ulama kontemporer memahaminya secara metaforis, bahkan ada yang menolak kesahehannya.
Dalam buku ini sikap Muhammad Quraish Shihab persis sama seperti yang diungkapkan dalam buku Membumikan Al-Qur’an dan juga dalam Tafsir al-Mishbah. Dari sini kita dapat melihat bahwa Muhammad Quraish Shihab menggunakan metode muqaran yaitu membandingkan antara para mufasir klasik dan kontemporer, lalu dia cenderung pada penafsiran mufasir kontemporer, walaupun dia tetap mengakui hadis penciptaan perempuan tersebut. Artinya Muhammad Quraish Shihab mengakui adanya penyimpangan penafsiran ayat-ayat jender, tapi bukan berarti ayat-ayat al-Qur’an itu bias jender, tapi mufasirnya yang bias jender.
Penulis setuju dengan pernyataan Rasyid Ridha yang dikutip oleh Muhammad Quraish Shihab di atas, karena antara hadis tentang penciptaan perempuan dari tulang rusuk Adam, mirip dengan cerita yang terdapat dalam Perjanjian Lama dalam Kitab Kejadian II ayat 21-22 di atas.
Namun, penulis melihat Muhammad Quraish Shihab kurang tegas sikapnya terhadap hadis yang menyatakan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Dari satu sisi dia menolak dengan merujuk pendapat Sayyid Muhammad Ridho di atas, dari sisi lain dia menerima hadis yang menyatakan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Namun demikian, dia tidak setuju dengan penafsiran secara harfiyah, tapi dia menghendaki dengan penafsiran metaforis. Namun sayangnya makna metaforis tidak didukung oleh argumen yang jelas.
Untuk itu penulis mencoba merujuk kitab Perjanjian Lama yang diterbitkan oleh Lembaga Al-Kitab Indonesia Jakarta tahun 1997 ayat 21-23 yang berbunyi,
Lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu, 'Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.
Cerita tersebut mirip dengan hadis yang diriwayatkan oleh al-Thabari dalam kitab tafsirnya:
حدثنى موسى بن هرون قال : اخبرنا عمرو بن حماد قال : حدثنا اسباط عن السدى قال: اسكن آدم الجنة فكان يمشى فيها وحشا ليس له زوج يسكن اليها فنام نومة فاستيقظ فاذا عند رأسه امرأة قاعدة خلقها الله من ضلعه فسألها ما انت؟ قالت : امرأة قال : ولما خلقت ؟ قالت " تسكن اليها
Musa Bin Harun menceritakan kepada saya, dia berkata, ”Amr Bin Hamad memberitakan kepada kami, dia berkata, 'Asbath dari al-Saddi telah berkata, 'Adam bertempat tinggal di surga, lalu dia berjalan di dalam surga dalam kondisi kesepian yang tidak punya istri yang dia cenderung padanya, lalu dia tidur nyenyak, lalu bangun, tiba tiba di atas kepala dia ada seorang perempuan yang sedang duduk yang diciptakan Allah dari tulang rusuknya, lalu dia bertanya, 'Ada apa engkau?' Dia menjawab, 'saya seorang perempuan. Adam bertanya, 'Untuk apa kamu diciptakan?', Dia menjawab, 'Agar kamu cenderung kepadanya ".
حدثناابن حميد قال : حدثنا سلمة عن ابن اسحق قال : القى على آدم صلعم السنة – فيمابلغناعن اهل الكتاب من اهل التوراة و غيرهم من اهل العلم عن عبد الله بن العباس و غيره ثم اخذ ضلعا من ضلاعه من شقه الايسر ولأم مكانه وآدم نائم لم يهب من نومته حتى خلق الله تبارك و تعالى من ضلعه تلك زوجته حواء فسواها امرأة ليسكن اليها فلما كشفت عنه السنة وهب من نومته رآها الى جنبه فقال : فيما يزعمون والله اعلم لحمى و دمى و زوجتى فسكن اليها
”Ibnu Hamid telah berkata, 'Salmah dari Ibnu Ishak menceritakan kepada kami. Dia berkata, 'Adam mengantuk, di mana berita itu sampai kepada kami dari Ahlu al-Kitab dari Ahli Taurat dan Ahli Ilmu lainnya. Dari Abdillah Bin al-Abbas dan yang lainnya. Kemudian Allah mengambil salah satu tulang rusuk Adam dari sebelah kiri, di mana Adam sedang tidur, yang belum bangun dari tidurnya, Allah swt. menciptakan Istri Adam dari tulang rusuk Adam yaitu Hawa, lalu Allah menyempurnakannya menjadi seorang perempuan, agar Adam menjadi tenang hatinya kepadanya, ketika mengantuknya hilang, Adam bangun dari tempat tidurnya, dia melihat perempuan itu berada di sampingnya, lalu Adam berkata, 'Pada apa yang mereka duga Hanya Allah yang tau, dagingku, darahku dan istriku, lalu dia menjadi tentram bersamanya.'"
Berdasarkan cerita yang terdapat dalam Perjanjian Lama dengan hadis tentang penciptaan perempuan khususnya yang diriwayatkan oleh al-Thabari di atas, penulis mencoba untuk mengkritisi hadis-hadis tentang penciptaan perempuan.
Muhammad Abduh dan Abu Muslim mengkritik hadis-hadis tentang perempuan diciptakan dari tulang rusuk Adam dengan mengatakan, ”Bahwa Allah mampu menciptakan Adam dan Hawa dari tanah, lalu apa manfaatnya, bahwa Hawa diciptakan dari salah satu tulang rusuk Adam.
Semestinya Muhammad Quraish Shihab yang cenderung kepada makna metaforis harus menggunakan paradigma tasybih (makna metafora) Kemudian menggunakan paradigma mukhtalaf al-Hadis dengan membandingkan antara hadis- hadis sahih yang berkaitan dengan penciptaan perempuan. Karena banyak hadis- hadis sahih yang maknanya berbeda dalam satu masalah, seperti tentang penulisan hadis. Dalam satu riwayat Nabi melarang menulis hadis, sedangkan pada riwayat lain Nabi memerintahkan untuk menulis hadis. Dalam ilmu hadis hal seperti ini disebut Mukhtalaf al-Hadis. Begitu juga hadis tentang penciptaan perempuan beragam redaksinya dan berbeda maknanya. Contoh hadis-hadis sahih yang maknanya menyebutkan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk Adam yaitu:
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ وَمُوسَى بْنُ حِزَامٍ قَالَا حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ زَائِدَةَ عَنْ مَيْسَرَةَ الْأَشْجَعِيِّ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ رواه البخارى
"Abu Kuraib dan Musa Ibnu Hizam menceritakan kepada kami, keduanya berkata, "Husain Ibnu Ali menceritakan kepada kami dari Zaidah, dari Maisarah al-Asyja’i, dari Abi Hazim, dari Abi Hurairah r.a. Berkata, 'Rasulullah saw. telah bersabda, 'Berwasiatlah kepada para perempuan. Sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah tulang rusuk yang ada paling atas, jika kamu ingin meluruskannya, maka kamu akan mematahkannya, dan jika kamu biarkan, maka tulang rusuk itu tetap bengkok, maka berwasiatlah kepada para perempuan." (H.R. Bukhari)
حَدَّثَنَا عَمْرٌو النَّاقِدُ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ وَاللَّفْظُ لِابْنِ أَبِي عُمَرَ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ لَنْ تَسْتَقِيمَ لَكَ عَلَى طَرِيقَةٍ فَإِنْ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَبِهَا عِوَجٌ وَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهَا كَسَرْتَهَا وَكَسْرُهَا طَلَاقُهَا رواه مسلم
”Amr al-Naqid dan Ibnu Abi Umar menceritakan kepada kami sedangkan lafazhnya dari Ibnu Abi Umar keduanya telah berkata, ”Sufyan telah menceritakan kepada kami dari Abi al-Zinad dari al-‘Araj dari Abi Hurairah telah berkata, Rasulullah saw. telah bersabda, ”Bahwa perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok yang kamu tidak akan bisa meluruskannya hanya dengan satu cara, maka jika kamu meminta untuk menikmati perempuan itu, maka kamu dapat menikmatinya dengan kondisi bengkok, dan jika kamu berusaha meluruskan tulang rusuk yang bengkok itu, maka kamu akan mematahkannya, mematahkan tulang rusuk artinya menceraikan perempuan itu." (H.R. Muslim)
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الذِّمَارِيُّ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنِ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ النِّسَاءَ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ لَا يَسْتَقِمْنَ عَلَى خَلِيقَةٍ إِنْ تُقِمْهَا تَكْسِرْهَا وَإِنْ تَتْرُكْهَا تَسْتَمْتِعْ بِهَا وَفِيهَا عِوَجٌ رواه احمد
Artinya: ”Abdu al-Malik Ibnu Abdi al-Rahman al-Dimari menceritakan kepada kami, Sufyan memebritahukan kepada kami dari Abi al-Zinad, dari al-‘Araj dari Abi Hurairah, bahwa Nabi saw. telah bersabda, ”Bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok yang tidak dapat diluruskan sesuai dengan bentuknya, jika kamu berusaha meluruskannya, maka kamu akan mematahkannya, dan jika kamu biarkannya, maka kamu akan menikmatinya dalam kondisi bengkok." (H.R.Ahmad)
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الرَّقَاشِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا الْجُرَيْرِيُّ عَنْ أَبِي الْعَلَاءِ عَنْ نُعَيْمِ بْنِ قَعْنَبٍ عَنْ أَبِي ذَرٍّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ فَإِنْ تُقِمْهَا كَسَرْتَهَا فَدَارِهَا فَإِنَّ فِيهَا أَوَدًا وَبُلْغَةً رواه الدارمى
”Muhammad Bin Abdullah al-Raqasyi telah memberitakan kepada kami, Abdu al-Warits menceritakan kepada kami, al-Jurairiy menceritakan kepada kami dari Abi al-‘Ala, dari Nuaim Bin Qa’nab, dari Abi Dar, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda, ”Bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, jika kamu meluruskannya, maka kamu akan mematahkannya, maka biarkanlah dia, sesungguhnya kebengkokan itu sudah melekat padanya." (H.R. Darimi)
Keempat hadis tersebut dan juga hadis hadis sahih lainya yang berkaitan dengan penciptaan perempuan umumnya tidak menyebut langsung tulang rusuk Adam, tapi hanya menyebut tulang rusuk, dan umumnya juga tidak menyebutkan nama Hawa, tapi hanya menyebut kata المرأة dan hadis hadis tentang penciptaan perempuan tidak satupun bermaksud menafsirkan surat al-Nisa ayat satu.
Memang ada hadis lain yang dikemukakan oleh Ibnu Majah pada kitab al-Thaharah wa sunaniha yang menyebutkan :
عن على أن النبى صلعم قال فى بول الرضيع ينضح بول الغلام ويغسل بول الجارية قال ابو الحسن بن سلمة حدثنا احمد بن موسى بن معقل حدثنا ابو اليمان المصرى قال سألت الشافعى عن حديث النبى صلعم يرش من بول الغلام ويغسل من بول الجارية والماءان جميعا واحد قال لان بول الغلام من الماء والطين وبول الجارية من اللحم والدم ثم قال لى فهمت او فال لقنت قال قلت لا قال ان الله تعالى لما خلق ادم خلقت حواء من ضلعه القصير فصار بول الغلام من الماء والطين وصار بول الجارية من اللحم و الدم قال لى فهمت قلت نعم قال لى نفعك الله به رواه ابن ماجه كتاب الطهارة وسننها رقم 525
Artinya:”Dari Ali sesungguhnya Nabi saw. Bersabda:”Bahwa kencing anak yang masih menyusu (belum makan apa-apa selain air susu) disiram dengan air bagi kencing anak laki-laki dan dicuci bagi anak perempuan.” Abu al-Hasan bin Salamah mengatakan:”Ahmad Bin Musa bin Ma’qil menyampaikan hadis ini kepada kami.” Dia berkata :”Abu al-Yaman al-Mishriy menyampaikan hadis ini kepada kami:”Dia mengatakan:”Aku bertanya kepada Imam al-Syafi’i tentang hadis Nabi saw. Yang berkaitan dengan memercikkan air kepada bekas kencing anak laki-laki dan mencuci bekas kencing anak anak perempuan padahal keduanya sama-sama air kencing ,Imam Syafi’i menerangkan kepadaku bahwa kencing anak laki-laki itu berasal dari air dan tanah, sementara air kencing anak perempuan berasal dari daging dan darah. Setelah itu dia bertanya padaku:”Apakah kamu mengerti ? Saya menjawab:’Tidak, dia menjelaskan, Sesunguhnya Allah SWT. Ketika menciptakan Adam, Hawa diciptakan dari tulang rusuknya yang pendek. Karena itu kencing anak laki-laki itu berasal dari air dan tanah, sedangkan air kencing anak perempuan berasal dari daging dan darah .Abu Yaman alMishri berkata:”Al-Syafi’I bertanya pula kepadaku, apakah kamu mengerti ? Saya menjawab:” Ya, dia mengatakan padaku, Allah memberikan manfaat kepadamu dengan penjelasan itu (H.R.Ibnu Majah Kitab al-Thaharah Wa Sunaniha, no.525)
Abdul Karim mengataka:”Para ahli hadispun seperti al-Bukhari, Muslim al-Turmuzdi dan Ibnu Majah yang hadis mereka dikutip dalam uraian ini tidak menempatkan hadis-hadis tersebut sebagai penafsir ayat satu surat al-Nisa, terutama berkaitan dengan kejadian perempuan, lebih khusus lagi kejadian Hawa.Al-Bukhori memuatnya pada kitab Ahadits al-Anbiya dan al-Nikah, Muslim memuatnya dalam kitab al-Radha, dan al-Turmuzdi memuatnya dalam kitab al-Thalaq wa al-Li’an sementara Ibnu Majah memuatnya dalam kitab al-Thaharah wa Suaniha.”
Abdullah Karim mengatakan:”Para ahli hadis seperti al-Bukhori, Muslim, al-Turmuzdi dan Ibnu Majah yang hadis mereka dikutip dalam uraian ini tidak menempatkan
Begitu juga tidak ada petunjuk al-Qur’an yang mengarah kepada tulang rusuk Adam, bahkan penulis menemukan beberapa hadis sahih yang redaksinya berbeda dengan hadis yang biasa disampaikan para ulama selama ini yaitu:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمَرْأَةُ كَالضِّلَعِ إِنْ أَقَمْتَهَا كَسَرْتَهَا وَإِنْ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيهَا عِوَجٌ ) رواه البخارى)
”Abdul Aziz bin Abdullah menceritakan kepada kami, dia berkata:”Malik menceritakan kepada saya dari Abi al-Zinad dari al-‘Araj dari Abi Hurairah, bahwa Rasulullah saw telah bersabda, ”Perempuan itu bagaikan tulang rusuk yang bengkok, jika kamu luruskan tulang rusuk itu, maka kamu akan mematahkannya, dan jika kamu meminta untuk menikmatinya, maka kamu akan menikmatinya perempuan itu dalam kondisi bengkok." (H.R.al-Bukhari)
و حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ حَدَّثَنِي ابْنُ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمَرْأَةَ كَالضِّلَعِ إِذَا ذَهَبْتَ تُقِيمُهَا كَسَرْتَهَا وَإِنْ تَرَكْتَهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيهَا عِوَجٌ و حَدَّثَنِيهِ زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ كِلَاهُمَا عَنْ يَعْقُوبَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سَعْدٍ عَنْ ابْنِ أَخِي الزُّهْرِيِّ عَنْ عَمِّهِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ سَوَاءً (رواه مسلم)
”Harmalah Bin Yahya telah menceritakan kepada saya, Ibnu Wahab telah memberitahukan kepada kami, Yunus telah memberitakan kepada saya dari Ibnu Syihab, Ibnu Musayyab menceritakan kepada saya dari Abi Hurairah telah berkata, Rasulullah saw. telah bersabda, ”Bahwa perempuan itu bagaikan tulang rusuk yang bengkok, jika kamu berusaha meluruskannya, maka kamu akan mematahkannya, jika kamu biarkannya, maka kamu akan menikmati perempuan itu dalam kondisi bengkok. Dan Zuhair Bin Harb dan Abdu Bin Humaid keduanya menceritakan kepada saya dari Ya’qub Bin Ibrahim Bin Saad dari anak saudaraku yaitu al-Zuhri dari pamannya dengan sanad yang sama.'" (H.R.Muslim)
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي زِيَادٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سَعْدٍ حَدَّثَنَا ابْنُ أَخِي ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عَمِّهِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمَرْأَةَ كَالضِّلَعِ إِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهَا كَسَرْتَهَا وَإِنْ تَرَكْتَهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا عَلَى عِوَجٍ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي ذَرٍّ وَسَمُرَةَ وَعَائِشَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ وَإِسْنَادُهُ جَيِّدٌ ( رواه الترمذى)
”Abdullah Bin Abi Ziyad telah menceritakan kepada kami, Ya’qub Bin Ibrahim Bin Saad telah menceritakan kepada kami, anak saudaraku Ibnu Syihab menceritakan kepada kami dari pamannya, dari Sa’id Bin al-Musayyab dari Abi Hurairah telah berkata, Rasulullah saw. telah bersabda, ”Bahwa perempuan bagaikan tulang rusuk yang bengkok, jika kamu meluruskannya, maka kamu akan mematahkannya, jika kamu biarkannya, kamu akan menikmatinya dalam kondisi bengkok. Dia mengatakan pada suatu bab dari Abi Dar, Samrah, dan Aisyah. Abu Isa mengatakan, 'Hadis Abu Hurairah ini termasuk hadis hasan shohih garib dari segi ini, dan sanadnya jayyid.'" (H.R.al-Turmudzi)
حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنِ ابْنِ عَجْلَانَ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَرْأَةُ كَالضِّلَعِ فَإِنْ تَحْرِصْ عَلَى إِقَامَتِهِ تَكْسِرْهُ وَإِنْ تَتْرُكْهُ تَسْتَمْتِعْ بِهِ وَفِيهِ عِوَجٌ (رواه احمد )
”Yahya menceritakan kepada kami dari Ibnu ‘Ajlan telah berkata:”Saya telah mendengar Ayahku menceritakan dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw. telah bersabda, perempuan itu bagaikan tulang rusuk yang bengkok, jika kamu berusaha keras untuk meluruskannya, kamu akan mematahkannya, jika kamu biarkannya, maka kamu akan dapat menikmatinya dalam kondisi bengkok.'" (H.R. Ahmad)
أَخْبَرَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ حَدَّثَنَا مَالِكٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا الْمَرْأَةُ كَالضِّلَعِ إِنْ تُقِمْهَا تَكْسِرْهَا وَإِنْ تَسْتَمْتِعْ تَسْتَمْتِعْ وَفِيهَا عِوَجٌ (رواه الدارمى)
”Khalid Bin Makhlad telah menceritakan kepada kami, Malik telah menceritakan kepada kami dari Abi al-Jinad, dari al-‘Araj dari Abi Hurairah telah berkata, Rosulullah saw. telah bersabda, Bahwa perempuan itu bagaikan tulang rusuk, jika kamu meluruskannya, maka kamu akan mematahkannya, dan jika kamu meminta untuk menikmatinya, maka kamu akan menikmatinya dalam kondisi bengkok.'" (H.R. Darimi).
Kelima hadis di atas semuanya hadis sahih, karena para perawinya cukup berkualitas dan tidak ada yang jarh (cacat), kemudian sanadnya bersambung sampai Rasulullah, karena tidak ada yang putus.
Kelima hadis tersebut tidak menyebutkan, bahwa perempuan (Hawa) diciptakan dari tulang rusuk Adam, tapi hanya menyebutkan, bahwa perempuan bagaikan tulang rusuk. Artinya bahwa perempuan itu memiliki sifat-sifat yang ada pada tulang rusuk. Karena 5 hadis tersebut dalam ilmu bahasa disebut tasybîh (penyerupaan). Sedangkan tasybîh menurut ilmu balaghah adalah
التشبيه اصطلاحا عقد مماثلة بين امرين او اكثر قصد اشتراكهما فى صفة او اكثر بأداة لغرض يقصده المتكلم
”Tasybih menurut istilah adalah melakukan penyerupaan antara dua hal atau lebih, dimaksudkan ada kesamaan diantara keduanya dalam satu sifat atau lebih dengan menggunakan huruf tasybih untuk tujuan yang dikehendaki oleh orang yang berbicara."
Jadi, penulis sangat setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa "Hadis yang mengatakan, bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk, harus diartikan secara metaforis, bukan makna hakiki. Bahkan hadis-hadis tentang penciptaan perempuan dari tulang rusuk Adam dianggap kurang tepat matannya."
Karena hadis tersebut termasuk mukhtalaf al-hadîst, sehingga para ulama hadis, jika menemukan dua atau lebih hadis sahih yang berbeda matannya, maka harus ditempuh 4 cara yaitu:
1. Jika mungkin dapat dikompromikan, maka perlu dikompromikan dan keduanya dapat diterapkan.
2. Jika dapat diketahui mana yang dahulu dan mana yang belakangan, maka yang datang belakangan dapat menghapus hukum sebelumnya.
3. Jika tidak diketahui mana yang dahulu dan mana yang belakangan, maka dapat dilakukan tarjîh
4. Jika tidak dapat dilakukan dengan tiga cara tersebut, maka kita tawaqquf (tidak diamalkan keduanya).
Mengenai hadis-hadis penciptaan perempuan di atas, penulis cenderung untuk mentarjîh, yaitu perempuan tidak diciptakan dari tulang rusuk Adam, melainkan perempuan diciptakan bagaikan tulang rusuk. Karena bila keempat hadis di atas diartikan dengan harfiah (teks), maka kelima hadis di atas tidak dapat diterapkan, tapi bila diartikan secara metaforis, maka antara keempat dan kelima hadis tersebut dapat diterapkan.
Hal ini sejalan dengan Abdulkarim al-Khathab yang menyatakan, ”Manusia baik yang ada sekarang maupun yang akan muncul adalah buah dari benih yang satu. Kemudian Allah meniupkan ruh pada benih tersebut, lalu benih itu menumbuhkan buah yang banyak yang bermacam-macam bentuk. Dari benih atau materi yang sama diciptakan istrinya untuk Adam dalam rangka menyempurnakan keberadaan Adam.
Sebuah cerita yang mengatakan bahwa, ”Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam adalah cerita fiktif, namun sebahagian besar ulama tafsir mengutipnya, lalu mereka memahami ayat ini dari cerita tersebut. Padahal ayat itu tidak memberi pemahaman ini."
Bila kita melihat kata وخلق منها زوجها maka kita akan menjumpai dhamir (kata ganti) pada kata منها yang menunjuk pada kata نفس واحدة tidak bermaksud bentuk manusia seperti Adam, melainkan merujuk pada materi yang tersedia untuk menciptakan manusia. Dari materi itu Adam diciptakan dan dari materi itu juga istrinya Hawa diciptakan untuk menyempurnakan keberadaan Adam (Q.S. al-Naba/78: 8).
Hal ini bukan hanya menciptakan manusia semata, melainkan untuk menciptakan makhluk hidup semuanya, seperti binatang dan tumbuh- tumbuhan, dan siapa tahu juga untuk menciptakan benda mati (Q.S.al-Dzâriyât/51: 49 dan Q.S. al-Qaf/50: 7)… Apakah dari tulang rusuk laki-laki perempuan diciptakan, tentu tidak masuk akal. Sesungguhnya ayat al-Qur’an yang berbicara tentang laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan asal penciptan diantara keduanya, bahkan menjadikan keduanya satu tabiat. Seperti dipahami dari al-Qur'an Surat Ali Imrân/3 ayat 195 dan al-Qur'an Surat al-Qiyâmah/75 ayat 36-39. Ini isyarat yang nyata, bahwa manusia pada bentuknya diberi tabiat laki-laki dan perempuan artinya materi yang sama untuk menciptakan laki-laki dan perempuan.
Di atas terbaca kata lelaki disusul dengan kata banyak, sedang perempuan tidak disertai dengan kata banyak. Aneka ragam kesan yang diperoleh ulama dari redaksi itu. Kemudian Muhammad Quraish Shihab mengutip Al-Biqa’i yang menyatakan bahwa, "Walaupun sebenarnya perempuan lebih banyak dari laki-laki, tetapi kata banyak yang menyusul kata lelaki itu untuk mengisyaratkan bahwa lelaki memiliki derajat lebih tinggi. (Lebih lanjut lihat Tafsir al-Mishbah Vol.2, h.317)."
Kemudian Muhammad Quraish Shihab mengutip pendapat Muhammad Mutawalli al-Sya’rawi, ”Sedang perempuan tinggal di rumah dan mengurusnya agar rumah menjadi tempat yang tenang, sedang lelaki yang giat bergerak di bumi ini, dan dengan demikian perempuan telah melaksanakan tugasnya."
Memang kata بث telah mengandung makna banyak, sehingga wajar apabila dipertanyakan mengapa ada lagi kata banyak dan hanya dirangkaikan dengan lelaki, tetapi kesan yang diperoleh oleh para ulama itu—sebagaimana halnya semua kesan—bersifat subjektif. Kita dapat menerima atau menolaknya, apabila pakar-pakar bahasa menetapkan bahwa al-Qur’an cenderung kepada penyingkatan redaksi. Karena kata mereka, walau di sini tidak disebut kata banyak setelah penyebutan perempuan, tetapi sebenarnya mereka pun banyak. Bahwa lelaki yang disifati demikian, karena lelaki yang terlebih dahulu disebut. Penyebutannya lebih dahulu adalah wajar, karena dia yang tercipta lebih dahulu, dan jenis kelamin anak cucunya akibat pengembang-biakan itu ditentukan oleh gen lelaki. Baca tafsir ayat berikut:
نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ وَقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ مُلَاقُوهُ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ ( البقرة/2: 223)
Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. (Q.S. al-Baqarah/2: 223).
Zaitunah Subhan menyatakan,
Dari beberapa pandangan mufasir atau intelektual kontemporer di atas dapat dianalisis bahwa pandangan pertama sepakat menyatakan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam karena berdasarkan kata nafsun wahidah yang diyakini dengan makna Adam, sehingga kata minha kembali pada kata ganti (dhomir) ha kepada Adam. Demikian pula kata zaujaha, diyakini sebagai istri Adam yaitu Hawa, sedangkan Adam sebagai penciptaan pertama. Walaupun dari segi bahasa kata nafsun bersifat umum (bisa pria dan wanita). Jenis kata nafs ini, termasuk muannats (dengan sifat yang muannats yaitu wahidah). Dhomir ha yang merujuk muannats (artinya wanita), mengapa kembali ke Adam yang diyakini pria.
Pertanyaan Zaitunah Subhan adalah mengapa kembali ke Adam yang diyakini pria, kurang tepat alasannya, karena ha dhamir itu memang tidak langsung kepada Adam, tapi kepada kata nafs yang semua orang ahli bahasa sepakat bahwa kata tersebut adalah muannats majâzi. Tentu tidak salah ha dhamir tersebut kembali kepada kata nafs. Namun, jika yang dimaksud dengan kata nafs itu adalah jiwa Adam, hal itu tidak terlalu salah, karena ha dhamir pada kata zaujaha menunjuk kepada Adam, sebab para ulama sepakat bahwa Hawa adalah istri Adam.
Analisis Zaitunah terhadap hadis Bukhari tentang Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam tidak harus dipahami secara harfiah, dapat penulis terima. Tetapi ketika dia menyatakan bahwa matan hadis Bukhari belum tentu qath’iy wurud dalalahnya sehingga dia menolak hadis tersebut, juga kurang bijaksana karena dia baru menduga tapi belum menelitinya.
Kemudian penulis mencoba membandingkan dengan tafsir yang belum dirujuk oleh Quraish Shihab antara lain:
a.Tafsir al-Kasysyâf karya Zamakhsyari yang terkenal rasional dan beraliran Mu'tazilah. Dia cenderung menafsirkan kata نفس واحدة adalah Adam dan Adam diciptakan dari tanah, sedangkan Allah menciptakan istrinya (Hawa) dari tulang rusuk Adam.
b.Tafsir al-Asâs fî al-Tafsîr karya Said Hawa sama halnya dengan pendapat Zamakhsyari yang menafsirkan kata نفس واحدة yaitu Adam, sedangkan Hawa, istri Adam, diciptakan dari tulang rusuk kiri Adam ketika Adam sedang tidur. Pada saat Adam bangun, Adam melihat Hawa yang membuat Adam kagum. Lalu Adam dan Hawa menjalin cinta kasih sehingga melahirkan laki laki dan perempuan yang banyak.
c.Tafsir al-Marâghi karya Ahmad Mushthafa al-Maraghi tidak sejalan dengan Zamakhsyari dan Said Hawa. Al-Maraghi mengutip pendapat jumhur bahwa kata نفس واحدة adalah Adam. Mereka tidak mengambil ayat ini, akan tetapi didasarkan pada pemahaman bahwa Adam adalah Abu al-Basyar (bapak manusia)…Dia juga mengutip pendapat al-Ustadz al-Imam (Muhammad Abduh), ”Bahwa zahir ayat menolak maksud kata نفس واحدة adalah Adam dengan dua alasan. Pertama, pembahasan ilmiyah dan sejarah bertentangan dengan pendapat tersebut. Kedua, bahwa Allah menyebutkan kata رجالاكثيرا و نساء tidak mengatakan الرجال والنساء, akan tetapi al-Qur’an tidak menafikan keyakinan ini dan tidak menetapkan secara pasti tanpa adanya jalan takwil.
Kemudian al-Maraghi mengambil kesimpulan, bahwa Allah telah memperbanyak kalian dari satu jenis yang Allah ciptakan dari tanah dan diciptakan dari tanah itu istrinya bernama Hawa. Hal ini didukung oleh pendapat Abu Muslim al-Ashfihani, ”Bahwa makna منها adalah dari jenis yang sama sebagaimana terdapat dalam Q.S. al-Rûm/30 ayat 21; Q.S. al-Taubah/9: 128; dan Q.S.Ali Imrân/3: 164. Oleh karena itu tidak ada perbedaan antara uslub-uslub ayat ini dan uslub-uslub ayat-ayat lain karena makna semuanya adalah sama yaitu dari jenis yang sama. Orang yang menetapkan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam bukan bersumber dari al-Qur'an Surat al-Nisâ’/4 ayat 1 dan ayat yang lainnya.
d. Al-Tafsîr al-Munîr karya Wahbah al-Zuhaily. Al-Zuhaily sejalan dengan para mufasir sebelumnya. Dia menjelaskan bahwa, ”Kata نفس واحدة adalah hanya Adam yang satu. Jika ada pendapat ada Adam-Adam yang lain tentu bertentangan dengan al-Qur’an. Begitu juga maksud kata زوجها adalah Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk kiri Adam."
Orang yang menganggap Hawa diciptakan dari jenis yang sama bertentangan dengan hadis sahih, karena Allah mampu menciptakan makhluk hidup dari makhluk hidup tanpa melalui proses kelahiran sebagaimana Allah mampu menciptakan makhluk hidup dari benda mati (tanah).
Tafsir Nazhm al-Durar fî Tanâsub al-âyât Wa al-Suwar karya Burhanuddin Abu Hasan Ibrahim Bin Umar al-Biqa’i. Al-Biqa'i tidak sejalan dengan al-Maraghi. Dia menyatakan bahwa, ”Kata نفس واحدة adalah Adam sebagai jenis laki-laki yang diciptakan tanpa laki-laki dan perempuan, kemudian kata زوجها adalah Hawa sebagai jenis perempuan yang diciptakan dari laki-laki tanpa perempuan, dan Isa dilahirkan tanpa laki-laki. Mereka berbeda menafsirkan suratal-Nisa ayat satu karena perbedaan titik tolak yang satu berangkan dari tekstual dan yang lain berangkat dari ontekstual. Namun penulis menggunakan dua paradigma yaitu tasybih dan mukhtalaf al-Hadis maka dapat mengkompromikan antara kedua pendapat tersebut.
6th. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulansebagai berikut
1. Para mufassir berbeda menafsirkan surat al-Nisa ayat satu disebabkan perbedaan titik tolak penafsiran yang satu berangkat dari tekstual dan yang lain dari kontekstual
2 Sedangkan penulis dapat mengkompromikan dua pendapat tersebut yaitu bahwa perempuan tidak diciptakan dari tulang rusuk Adam tapi perempuan diumpamakan tulang rusuk Adam dengan menggunakan paradigma tasybih dan mukhtalaf al-Hadis.
Go Ahead, Share Your Thoughts! .