|
Monday, January 18, 2010
Mengenal Hospital Schooling, Sekolah Alam dan Sekolah Inklusi
Mengenal Hospital Schooling, Sekolah Alam dan Sekolah Inklusi Oleh Nadjematul Faizah – Ketua Pusat Studi Wanita dan Anak (PSW) IIQ
Tumbuh kembang dari periode anak yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik, ketiga hal ini adalah perkembangan anak serta proses periode secara umum dan ini juga terjadi pada anak-anak yang memiliki kemampuan berbeda. Selama beberapa tahun ini sekolah umum tidak banyak melakukan sesuatu untuk mendidik anak-anak yang memiliki kemampuan yang berbeda. Perbedaan tersebut dalam pikiran kita adalah kekurangan atau ketidakmampuan, padahal banyak diantara mereka yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Ketidakmampuan dan kelebihan ini masuk dalam kategori murid yang sulit diajar atau murid yang “sulit” bagaimana guru mengatasinya, strategi terbaik untuk mengajar anak-anak semacam ini adalah mencari tahu apa yang mereka butuhkan, menentukan cara menyediakan kebutuhan itu dan secara teratur mengevaluasi apakah cara itu berhasil atau tidak. Pelajar yang “tidak biasa” (exceptional) adalah anak-anak yang memiliki gangguan atau ketidakmampuan dan anak-anak yang tergolong berbakat. Siapakah anak yang menderita ketidakmampuan itu? Gangguan indra, gangguan fisik, retardasi mental, bicara dan bahasa, gangguan belajar, attention deficit hyperactivity disorder dan gangguan emosional perilaku. Isu pendidikan yang berkaitan dengan anak yang menderita ketidakmampuan adalah aspek hukum, penempatan dan pelayanan, orang tua sebagai mitra pendidikan dan teknologi. Sedangkan bagi anak-anak berbakat kita harus memperhatikan karakteristik, studi Terman klasik dan bagaimana mendidik anak berbakat. Istilah ketidakmampuan atau disability dan cacat atau handicap saat ini dibedakan. Disability adalah keterbatasan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang. Handicap adalah kondisi yang dinisbahkan pada seseorang yang menderita ketidakmampuan. Kondisi ini boleh jadi disebabkan oleh masyarakat, lingkungan fisik, atau sikap orang itu sendiri. Para pendidik menggunakan istilah “children with disabilities” anak yang menderita gangguan/ketidakmampuan. Sebagai pendidik harus dapat memahami dan mengapresiasi invidualitas anak, bersikaplah rendah hati di depan orang tuanya, beri informasi ketidakmampuan anak, bicara pada orang tua bukan pada anak, hindari penggunaan stereotip pada anak, ajak orang tua untuk membangun dan menjaga komunikasi yang efektif. Bicaralah dengan orang tua tentang bagaimana media dapat menyebarkan gambaran yang keliru tentang anak. Oleh karena itu, kami akan menyampaikan pengalaman dari dua orang tutor (Ade dan Aan). Ade adalah tutor yang membantu anak-anak belajar yang mengalami sakit dan tinggal di rumah sakit dengan istilah hospital schooling (pendidikan di rumah sakit). Sedangkan Aan, tutor untuk pendidikan inklusi (mendidik anak dengan pendidikan special di kelas regular) dan sekolah alam.
Sekolah Alam dapat dikatakan sekolah yang berada di lokasi yang jauh atau terpencil dan ada keterbatasan sehingga media pembelajaran menggunakan alam sekitarnya. Misal, keadaan bukit, gunung, sungai, danau dan tumbuh-tumbuhan lain. Sehingga guru mengajarkan langsung, bukti akar serabut, untuk tanaman, fenomena alam . Sekolah alam lainnya adalah yang menggunakan situasi lingkungan yang diciptakan agar siswa dikondisikan mengenal alam sekitar sekolah yang berlokasi di tengah kota. Dalam rangka corporate social responsibility (CSR) beberapa perusahaan berpartisipasi mendukung program sekolah alam ini atau lebih dikenal sebagai menjaga kelestarian, keberlanjutan (sustainable) dan mengenalkan kecintaan pada lingkungan hidup sekitar dimana lokasi anak berada. Hospital Schooling:
Ade, yang pernah menjadi tutor menjelaskan Hospital schooling adalah pendidikan non formal yang diadakan di rumah sakit. Siswanya adalah pasien yang di rawat di rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), RS Kanker Dharmais dan RSUP Fatmawati. Prakarsa sekolah ini datangnya dari Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia yang memiliki program pelayanan membantu anak penderita kanker melalui perawatan dan pengobatan. Salah satu programnya adalah “Sekolah-ku” untuk tingkat pra TK, TK, SD dan SMP. Tujuan dari “Sekolak-ku” memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar dan bagi yang ingin mengikuti pelajaran sekolahnya sehingga bila pengobatan dan perawatan telah selesai, mereka dapat kembali ke sekolah dan mengikuti pelajaran. Bagi anak-anak pra TK dan TK agar dapat melengahkan penderitaannya dan sekaligus menghilangkan kebosanan selama di rumah sakit dan dapat membantu orang tua untuk beristirahat sejenak dari menjaga anak yang sakit. Hospital schooling diberikan secara cuma-cuma, adapun gagasan hospitalschooling ini adalah hasil adopsi dari Negara Belanda yang telah mempraktekkannya terlebih dahulu. Tutor Hospital schooling menceritakan kepada kami bahwa anak-anak tersebut begitu bersemangat untuk belajar, bahkan keadaan anak tersebut memberikan motivasi bagi tutor. Jadi secara teori di atas kita mengatakan bagaimana strategi guru menghadapi perbedaan anak, tetapi pada kondisi anak yang sedang sakit yang tetap memiliki semanagat dan penyakit tidak menjadi penghalangnya adalah merupakan suatu karunia yang Allah SWT berikan. Di sini terjadi interaksi proses belajar mengajar antara tutor dan siswa, bukan saja kognisi, afeksi, psikomotorik dari siswa tetapi juga bagi tutor itu sendiri dimana terjalin hubungan batin yang kuat antara siswa dan tutor. Ada siswa yang selesai pengobatan dan dapat melanjutkan kembali sekolahnya dan berhasil dan ada yang tidak dapat menyelesaikan semuanya karena sesuai kehendak Allah SWT, dan ini membuat sedih keluarga dan tutor, yang menyebut mereka “malaikat kecil” pemberi semangat.
Dalam PP No. 74 tahun 2008 pasal 15 ayat 3 huruf g: Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang memberikan kesempatan bagi peserta didik berkelainan untuk belajar bersama-sama dengan peserta didik normal pada satuan pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan keagamaan dengan menyediakan sarana, pendidik maupun tenaga kependidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, dimana mereka mengikuti kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Jadi dari aspek hukum ada pemenuhan.
Sekolah Alam dan Inklusi:
Aan, tutor sekolah alam dan inklusi menjelaskan bahwa lembaga pendidikan yang berbasiskan alam sebagai media pembelajaran siswa menjadi satu rujukan baru bagi konsep pendidikan bahwa sekolah itu menyenangkan. Salah satu model sekolah alam yang ada di wilayah selatan Jakarta adalah Sekolah Citra Alam Ciganjur. Sekolah Citra Alam Ciganjur atau yang lebih familiar disebutkan SCA adalah salah satu lembaga pendidikan yang memfasilitasi jenjang proses belajar dari play group, sekolah dasar dan sekolah menengah. SCA yang memiliki kurikulum terintegrasi dengan alam yang memadukan kurikulum local, nasional, berorientasi global dan spiritual basic. Pilar karakter Asmaul Husna menjadi filosofi landasan utama dalam proses penanaman akidah Islam. Nilai-nilai keagamaan dan kebersamaan dalam ibadah pun diterapkan sekolah dengan selalu melaksanakan shalat sunnah dhuha, shalat wajib dengan berjama’ah. Pembacaan Asmaul Husna dan doa belajar sebelum pelajaran dimulai menjadi ritual keagamaan setiap pagi, dan doa penutup belajar kala pelajaran telah selesai. Alam sebagai sumber pengetahuan selain guru merupakan media belajar, eksplorasi dan pelestarian lingkungan yang paling efektif. Dengan alam setiap siswa dididik untuk mengenal Allah SWT, dibimbing agar mampu secara mental social memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Eksplorasi dengan alam misal pada saat pelajaran lingkungan hidup (LH). Model sekolah yang berlandaskan student center ini siswa diperkenalkan bagaimana proses pertumbuhan satu tanaman. Dengan memperkenalkan struktur tanah, komposisi pupuk, pengairan, benih dari biji hingga proses tumbuhnya itu dikaitkan dengan kebesaran Allah SWT. Dan bagi para ABK pada saat LH pun mereka ikut terlibat seperti siswa lainnya (dengan dampingan shadower).
Konsep learning to do, learning to know, learning to live together dan learning to be menjadi empat pilar belajar yang oleh UNESCO dipandang sebagai pendekatan belajar yang perlu diterapkan untuk menyiapkan generasi muda. Sekolah Citra Alam mengadopsi keempat pilar tersebut menjadi satu alternative yang menjadikan siswa merasakan bahwa sekolah itu lebih fun, enjoy dan penuh dengan petualangan. Dengan kurikulum terintegrasi yang diterapkan di SCA memberikan kesempatan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) atau special need children berbaur dengan anak yang tidak berkebutuhan khusus. Kurikulum tersebut memberikan manfaat bagi proses penyembuhan atau meminimalisir kekurangan yang dimiliki oleh para ABK. Anak berkebutuhan khusus (ABK) sendiri memiliki kategori yang bermacam-macam. Ada hiperaktif (ADD/ADHD), autis, down syndrome, dll.
Proses belajar di kelas yang tidak membedakan antara ABK dan anak non ABK memberikan peluang bagi setiap anak untuk mampu bersikap menghargai kelebihan dan kekurangan baik dari segi fisik ataupun mental ABK. Bahkan anak yang non ABK cenderung memiliki empati yang tinggi untuk membantu para ABK bersosialisasi dengan teman lainnya, sikap berbagi terlihat juga saat masing-masing anak mempunyai makanan yang berbeda dari yang lainnya, atau membantu memberikan pemahaman pada pelajaran yang memang ABK tidak sanggup menangkap materi yang disampaikan guru. Dinamakan ABK karena mereka memiliki kelebihan atau kekurangan yang tidak ada pada anak umum lainnya. Keadaan mereka secara fisik atau mental disebabkan banyak factor. Adanya kelainan saraf diakibatkan obat-obatan yang dikonsumsi selama ibu hamil, hingga proses tumbuh kembang janin tidak semestinya. Keunikan yang dimiliki oleh ABK antara lain kompetensi secara IQ termasuk tinggi, daya tangkap dan kemampuan mengingat ada yang maksimal atau sebaliknya, bakat yang menonjol seperti kemampuan melukis setaraf dengan keahlian anak non ABK.
Dari pengalaman Aan sebagai tutor sekolah menyediakan guru pendamping khusus, yang diistilahkan dengan shadow teacher. Hal tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan efektifitas belajar ABK dapat berjalan sejajar/setara/seimbang dengan non ABK. Pendampingan yang dilakukan shadower terhadap ABK selama proses belajar di sekolah tidak hanya pada akademik ABK, tetapi juga bagaimana cara bersosialisasi, bersikap terhadap guru dan teman-temannya perlu diajarkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ABK tidak mengetahui secara tepat cara bersikap tindak sesuai keadaan atau kebutuhan. Selain itu, terapi juga diberikan kepada ABK di sekolah. Jika ABK memiliki kelemahan dalam hal bicara maka ada waktu khusus di luar jam belajar untuk melatih verbal ABK. Jika terdapat gangguan kesulitan dalam hal tulis menulis akan dilakukan pendampingan terapi menulis dll. Terapi makanan pun dilakukan di sekolah. Artinya menu makan ABK harus sepengetahuan ibu atau dokter yang menanganinya. Menu makan khusus ABK memungkinkan akan mengurangi gejala-gejala yang dapat mengganggu segala aktifitas anak di sekolah.
Anak berbakat:
Anak-anak berbakat, adalah anak yang keadaannya bertolak belakang dengan anak penderitaketidakmampuan. Anak-anak berbakat (gifted) punya kecerdasan di atas rata-rata (biasanya punya IQ di atas 130) dan atau punya bakat unggul di beberapa bidang, seperti seni, music, atau matematika. Program untuk anak berbakat di sekolah biasanya berdasarkan pada kecerdasan dan prestasi akademik. Criteria anak berbakat harus memasukkan multiple intelligence dari Gardner, dan di masa depan kemungkinan kriterianya tidak lagi mencakup IQ. Kriteria anak berbakat (Ellen Wiiner, 1996) : dewasa lebih dini (precocity) karena mereka dilahirkan membawa kemampuan di domain tertentu, tetap harus dipelihara dan dipupuk. Belajar menuruti kemauan mereka sendiri, tidak membutuhkan dukungan atau scaffolding dari orang dewasa. Menemukan masalah dan memecahkan masalah sendiri dengan cara yang unik di bidang yang menjadi bakatnya. Kemampuan mereka di bidang lain bisa normal atau di atas normal. Semangat untuk menguasai. Tertarik memahami bidang yang menjadi bakat, memperlihatkan minat besar dan obsesif dan kemampuan kuat focus, punya motivasi internal yang kuat. Penelitian yang dilakukan oleh Lewis Terman yang mengamati anak berbakat bahwa walaupun telah matang secara intelektual sebelum waktunya, tetapi mereka tidak mengalami gangguan emosional dan bisa menyesuaikan diri, namun bagi anak yang sangat cerdas dengan IQ 180 atau lebih sering mengalami masalah dalam menyesuaikan diri. Mendidik anak berbakat, jika tidak merasa tertantang dapat mengganggu, tidak naik kelas dan kehilangan semangat untuk berprestasi. Terkadang anak ini suka membolos, pasif, dan apatis terhadap sekolah. Menurut Hertzog empat program opsi untuk anak berbakat adalah kelas khusus (pull-out), akselerasi dan pengayaan di kelas regular, program mentor dan pelatihan dan kerja studi dan atau program pelayanan masyarakat. Ketiga kategori pendidikan di atas adalah menyangkut tumbuh kembang anak dan peran para pihak yang membuat keadaan tersebut menjadi positif. Adapun strategi guru harus dapat berkomunikasi dengan orang tua anak penderita ketidakmampuan dan anak berbakat sehingga tujuan untuk mendidik tercapai dan tidak salah arah. Ketiga jenis pendidikan di atas adalah sebuah pilihan/alternative.
DAFTAR PUSTAKA Dalam acara kickAndy pernah ditampilkan seorang Ibu Guru sekolah terpencil yang menggunakan contoh lingkungan langsung. Davidson, 2000. Pelajar yang tidak biasa. Dalam John. W. Santrok, Psikologi Pendidikan, 2008 Ellen Winner, 1996. Ditto, Dalam John. W. Santrok, Psikologi Pendidikan, 2008 Hertzog, 1998 ditto, Dalam John. W. Santrok, Psikologi Pendidikan, 2008 Lewis Terman, 1925, Ditto, Dalam John. W. Santrok, Psikologi Pendidikan, 2008 Lewis, 2002. dalam Psikologi Pendidikan John. W. Santrock, Psikologi Pendidikan, 2008 Roselli, 1996. Ditto, Dalam John. W. Santrok, Psikologi Pendidikan, 2008 PP No. 74 tahun 2008 Tentang Guru Wawancara dengan tutor Ade Laili Akhiliyah dan Aan Kharkanah
READ MORE...
Jakarta Bershalawat
Sabtu, 9/1/10. Menghadiri acara Jakarta Bershalawat di pondok pesantren Asshiddiqiyah Kebon Jeruk Kedoya Jakarta Barat. Acara dimulai dengan parade drumband, tapi kami tidak dapat menyaksikan karena tiba maghrib, dan shalat, lalu makan malam. IIQ diundang untuk tampil berparade pada acara pembukaan kas pembantu Bank DKI Syariah di ponpes ashshiddiqiyah. Selain itu acara pelantikan organisasi putra-putri kiyai ponpes se-jabodetabek. Acara diisi dengan tahlil, taushiyah dari habib Abbas, Rektor Universitas Yaman yang memberi nasihat tentang ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin, pandangan dunia barat terhadap Islam dan kedudukan perempuan dalam Islam yang begitu mulia, hal tersebut baik sekali disampaikan karena sesuai dengan visi, misi dan tujuan IIQ. Selain IIQ tampil juga kelompok bershalawat Kubah Emas, santri-santri dan Haddad Alwi. Suasana hujan deras, tetapi tidak menghalangi acara tetap berlangsung dan berakhir pada pukul 01.00 dinihari. Kami ditawarkan untuk santap malam lagi tapi mahasiswa sudah letih dan karena sudah pagi. Kami dioleh-olehkan kalender dan buku ‘pergulatan membangun pondok pesantren’ KH Noer Muhammad Iskandar, SQ.
READ MORE...
Tuesday, June 02, 2009
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
The Golden Ages
Oleh: Nadjematul Faizah, SH, M.Hum. Ketua Pusat Studi Wanita Institut Ilmu Al Qur’an Jakarta
Dalam beberapa bulan terakhir ini Departemen Pendidikan, Departemen Agama dan para tokoh yang ahli di bidangnya memenuhi berita-berita di surat kabar tentang pentingnya pendidikan anak usia dini. Ibu guru TPA di masjid al Husainy, juga menyampaikan kepada penulis, bahwa saat ini seminggu tiga kali, beliau mengajar PAUD di lingkungan rumahnya di belakang supermarket Tip Top Ciputat. Penyelenggaraan PAUD ini atas prakarsa masyarakat penduduk setempat yang meminta sang Ibu guru mengajarkan anak-anak mereka setelah mengetahui apa kegiatan Ibu guru tersebut yang lulusan dari Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Sang guru bersama teman-temannya ada empat orang akhirnya bersedia membantu untuk mengajar anak-anak, setelah mendapat pinjaman teras rumah penduduk, jumlah murid mencapai 90 murid, dapat dibayangkan belajar di teras, berarti tanpa peralatan dan murid datang dengan membawa sendiri kursi dan meja kecil dari rumah masing-masing. Setiap kali datang mereka membayar Rp. 2000,- (dua ribu rupiah) untuk bantuan bahan-bahan ajar. Selain PAUD di Ciputat, penulis membimbing mahasiswa IIQ yang ber kuliah kerja lapangan (KKL) yang berlokasi di Lebak Bulus. Ketika penulis menyerahkan mahasiswa kepada pihak Kelurahan, Pak Lurah dan Wakil Lurah meminta bantuan agar mahasiswa IIQ yang ber KKL ini juga membantu kegiatan PAUD di lingkungan Kelurahan Lebak Bulus. Dari uraian di atas menimbulkan pertanyaan, mengapa begitu banyak perhatian terhadap PAUD ini? Di Universitas Negeri Jakarta, Program Pascasarjana S2 dan S3, memiliki program studi Pendidikan Usia Dini. Pendidikan anak usia dini disebut juga the golden ages. Pada umumnya orang menganggap anak kecil cukup dikasih makan permen, mainan kalau menangis, sduah cukup atau anak kecil kurang dianggap, belum tahu apa-apa dan sebagainya. Bahkan penyair Noah Perry pernah bertanya, “Siapa yang tahu pikiran anak-anak?” Jean Piaget, psikolog Swiss (1896-1980) tahu lebih banyak ketimbang orang lain . Bersikap tidak tepat , akan berakibat baik dan buruk ke depan bagi anak tersebut. Oleh karena itu Pusat Studi Wanita IIQ yang juga membidangi perlindungan anak ingin berbagi dengan pembaca Jurnal halal pada rubrik parenting ini. Dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa: “Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Dalam pasal 26 ayat 3 menyatakan bahwa “pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini ..., serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik”. Selanjutnya pada ayat 4 “satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis” Pendidikan anak usia dini masuk dalam pendidikan non formal. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Jadi pendidikan anak usia dini diatur dalam peraturan perundang-undangan SISDIKNAS. Jadi, apa yang dilakukan oleh Ibu guru di atas adalah pusat kelompok belajar dan pusat kegiatan belajar masyarakat, dan tidak ada yang salah untuk itu sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya akan disampaikan bagaimana pendidikan anak usia dini dari tinjauan psikologi pendidikan? Beberapa akhli psikologi pendidikan menyampaikan bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, memulainya harus dari pendidikan anak usia dini, oleh karena itu penting mempelajari pola perkembangan anak. Kebanyakan perkembangan adalah pertumbuhan, meskipun pada akhirnya akan mengalami penurunan (kematian). Pendidikan harus sesuai dengan perkembangan ini, artinya pengajaran untuk anak-anak harus dilakukan pada tingkat yang tidak terlalu sulit dan terlalu menegangkan atau terlalu mudah dan menjemukan. Dengan mengetahui perkembangan anak akan membantu memahami seperti apakah level yang optimal untuk pengajaran pembelajaran kita. Misalnya, adalah keliru jika kita mendesak murid untuk membaca padahal mereka belum siap untuk itu dari sudut pandang perkembangan; tetapi jika mereka sudah siap, membaca materi mata pelajaran harus diberikan pada level yang pas. Hal tersebut menunjukkan bahwa pola perkembangan anak adalah pola yang kompleks karena merupakan hasil dari beberapa proses biologis, kognitif dan sosioemosional. Perkembangan juga bisa dideskripsikan berdasarkan periodenya. Proses biologis adalah perubahan dalam tubuh anak. Warisan genetik memainkan peran penting. Proses biologis melandasi perkembangan otak, berat dan tinggi badan, perubahan dalam kemampuan bergerak, dan perubahan hormonal di masa puber. Proses kognitif adalah perubahan dalam pemikiran, kecerdasan, dan bahasa anak. Proses perkembangan kognitif memampukan anak untuk mengingat puisi, membayangkan bagaimana cara memecahkan soal matematika, menyusun strategi kreatif, atau menghubungkan kalimat menjadi pembicaraan yang bermakna. Proses sosioemosional adalah perubahan dalam hubungan anak dengan orang lain, perubahan dalam emosi, dan perubahan dalam kepribadian. Pengasuhan anak, perkelahian anak, perkembangan ketegasan anak perempuan, dan perasaan gembira remaja dapat mendapatkan nilai yang baik semuanya itu mencerminkan proses perkembangan sosioemosional. Periode perkembangan diklasifikasikan sebagai periode infancy (bayi), early childhood (usia balita), middle dan late childhood (periode sekolah dasar), adolescence (masa remaja), early adulthood, dan late adulthood. Penulis akan menyampaikan periode early childhood yang kadang dinamakan usia “prasekolah” adalah periode akhir bayi sampai umur lima atau enam tahun. Selama periode ini anak menjadi makin mandiri, siap untuk bersekolah, seperti mulai belajar untuk mengikuti perintah dan mengidentifikasi huruf, dan banyak menghabiskan waktu bersama teman. Selepas taman kanak-kanak biasanya dianggap sebagai batas berakhirnya periode ini. Sebagaimana disebutkan di atas bahwa Jean Piaget lebih banyak tahu perkembangan anak, maka dalam tulisan ini akan disampaikan sesuai dengan usia PAUD. Dalam teori Piaget disebut tahap pra operasional atau Piagetian kedua. Tahap ini berlangsung kurang lebih mulai dari usia dua tahun sampai tujuh tahun. Ini adalah tahap pemikiran yang lebih simbolis ketimbang pada tahap sensorimotor tetapi tidak melibatkan pemikiran operasional, namun, tahap ini lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang logis. Pemikiran pra operasional bisa dibagi menjadi dua sub tahap : fungsi simbolis dan pemikiran intuitif. Fungsi simbolis terjadi kira-kira antara usia dua sampai empat tahun. Dalam tahap ini anak kecil secara mental mulai bisa merepresentasikan objek yang tak hadir. Ini memperluas dunia mental anak hingga mencakup dimensi-dimensi baru. Penggunaan bahasa mulai berkembang dan kemunculan sikap bemain adalah contoh lain dari peningkatan pemikiran simbolis dalam dalam sub tahap ini. Anak kecil mulai mencoret-coret gambar orang, rumah, mobil, awan, dan banyak benda lain dari dunia ini. Mungkin karena ank kecil tidak begitu peduli pada realitas, gambar mereka tampak aneh dan tampak khayal. Dalam imajinasi mereka, matahari warnanya biru, langit berwarna hijau, dan mobil melayang di awan. Simbolisme ini sederhana tapi kuat, tidak berbeda dengan lukisan abstrak di dalam seni lukis modern. Seperti dikatakan seniman Spanyol terkenal Picasso, “Saya pernah menggambar seperti Raphael, tetapi saya butuh waktu seumur hidup untuk menggambar seperti anak kecil” seorang anak berumur tigasetengah tahun melihat gambar yang baru saja dibuatnya, kemudian dia mengatakan bahwa itu adalah burung kuntul mencium anjing laut. Pemikiran pra operasional masih mengandung dua keterbatasan egosentrisme dan animisme. Egosentrisme adalah ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif milik sendiri dengan perspektif orang lain. Misalnya, menerima telepon ketika menjawab ditanya dengan mengangguk tanpa mempertimbangkan perspektik penelpon tidak dapat melihat dirinya mengangguk. Animisme adalah kepercayaan bahwa objek tidak bernyawa punya kualitas “kehidupan” dan bisa bergerak. Misalnya “pohon mendorong daun dan membuatnya gugur”. Kemudian sub tahap intuitif, sub tahap kedua yang dimulai sekitar usia empat tahun dan berlangsung sampai tujuh tahun. Anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan, karena anak-anak tampak merasa yakin terhadap pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi tidak menyadari bagaimana mereka bisa mengetahui apa-apa yang ingin mereka ketahui. Artinya mereka mengatakan bahwa mereka tahu sesuatu tetapi mereka mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional. Selain itu karakteristik pemikiran yang disebut centration yakni pemfokusan atau pemusatan perhatian pada satu karakteristik dengan mengabaikan karakteristik lainnya. centration tampak jelas dalam kurangnya concervation dari anak di tahap pra operasional. Conservation yang dimaksud disini adalah ide bahwa beberapa karakteristik dari objek itu tetap sama meski objek itu berubah penampilan. Misalnya volume air akan tetap sama meski dimasukkan ke dalam wadah yang bentuknya berlainan, tetapi bagi anak kecil tidak demikan halnya. Menurut Piaget concervation ini adalah kemampuan kognitif yang berkembang dalam tahap operasional konkret. Periode umur menunjukkan Perkembangan/ perilaku anak dalam tonggak bahasa untuk anak usia 3-4 tahun rata-rata panjang ucapan naik dari 3 sampai 4 morfem per kalimat; menggunakan pertanyaan “ya” dan “tidak” dari pertanyaan “mengapa, dimana, siapa, kapan”; menggunakan bentuk negatif dan perintah; pemahaman pragmatis bertambah. Sedangkan untuk anak usia 5-6 tahun kosa kata mencapai rata-rata 10.000 kata dan koordinasi kalimat sederhana. Dari proses perkembangan anak di atas, kita dapat mengetahui tahapannya dan beberapa akhli menyatakan bahwa pengayaan lingkungan anak dapat meningkatkan inteligensi mereka. Selain itu, yang penting anak-anak harus diberikan asupan gizi yang baik, makanan halal karena menurut Lindsey dan Spuhler yang disampaikan oleh Dr. Rachmat Mulyono, bahwa pembentukan otak menjadi cerdas 90% pada usia 0-3 tahun dan sisanya 10% pada usia 3-17 tahun. Sedangkan menurut S. Bloom 50% usia 0-4 tahun, 30% usia 4-8 tahun dan 20% 8-18 tahun. Jadi, perkembangan anak menunjukkan suatu bangsa ke depan cerdas tidaknya dapat dideteksi sejak anak-anak berusia 0-8 tahun, dan ini adalah masa keemasan anak (golden ages). Jadi tidak heran kalau saat ini semua memfokuskan perhatian kepada PAUD, dan yang paling penting adalah tenaga pengajar yang profesional di bidang pendidikan anak usia dini, yang memahami psikologi pendidikan agar tidak salah dalam penerapan pembelajaran.
Daftar pustaka Santrock, John. W. Psikologi Pendidikan, ed. Dua. MaGrawHill Co. Kencana, Jakarta. 2008. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Kuliah Dr. Rachmat Mulyono.
READ MORE...
|