|
Sunday, October 09, 2005
Profil Pendiri Institut Ilmu Alqur'an
Prof. KH Ibrahim Hosen,LML lahir di Tanjung Agung, Bengkulu, 1 Januari 1917. Beliau adalah putra kedelapan dari 12 bersaudara dari pasangan KH Hosen, seorang Ulama dan Saudagar keturunan Bugis dengan Siti Zawiyah, keturunan ningrat Kerajaan Salebar, Bengkulu. Jalur profesi beliau kelak seolah menggabungkan muasal kedua orangtuanya: Ulama sekaligus Birokrat (ningrat). Pada usia 17 tahun, beliau mulai berpisah dari orangtuanya. Beliau berkelana ke sejumlah pesantren. Beliau mengawali berguru pada KH Abdul Latif di Cilegon, Banten. Lalu beliau pergi ke Jami'at Kheir di Jakarta untuk belajar pada ahli sastra Arab, Sayyid Ahmad Assegaf, yang ternyata sudah pindah ke Solo. Beliau kembali ke Banten untuk belajar ilmu Qira'at pada KH Tubagus Sholeh Ma'mun di Pesantren Lontar, Serang. Bekal itulah yang kelak mendorong beliau mendirikan Perguruan Tinggi Ilmu Alqur'an (khusus pria, 1971) dan Institut Ilmu Alqur'an (khusus wanita, 1977). Mahasiswanya wajib menghafal Alqur'an. Dari Serang, beliau beliau menuju Pesantren Buntet, Cirebon, belajar ilmu mantiq, fikih, dan ushul fiqh pada KH Abbas. Pesan Kiai Abbas pula yang membentuk cara pandang beliau hingga kini. "Fikih itu luas. Jangan terpaku pada satu mazhab." ujarnya. Beliau lantas nyantri pada Sayyid Ahmad, di Solo, dan mengaji kitab Al Umm karya Imam Syafi'i pada KH Sanusi di Sukabumi, Jawa Barat. Studi pamungkasnya dirampungkan beliau di Fakultas Syari'ah, Universitas Al-Azhar, Kairo (1960) Dalam perkembangan hukum Islam Indonesia di akhir abad XX, kontribusi Prof. KH Ibrahim Hosen, LML sangat diperhitungkan. Beliau kerap tampil dengan gagasan brilyan setiap muncul problem aktual hukum Islam. Pendapat beliau bukan asal bunyi, melainkan hasil penelusuran kitab-kitab mu'tabar (diakui secara ilmiah), yang kemudian diolah secara bernas dengan pisau ushul fiqh. Banyak pencerahan baru setelah membaca setiap catatan penelitian beliau. Kiprah Prof. KH Ibrahim Hosen, LML selalu identik dengan Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Maklum, selama 20 tahun (1980-2000), beliau memimpin komisi itu. Fatwa-fatwanya dikenal sering mengundang polemik. "Kebenaran ilmiah harus ditegakkan," demikian beliau berulang-ulang menjelaskan landasan fatwanya. Keunggulan beliau sebagai ulama bukan saja pada fatwa kontroversialnya. Beliau memiliki kerangka metode pembaruan hukum Islam yang sistematis dan paten. Itu diaplikasikan pada tiap fatwanya. Sebab itu, dalam sebuah pengantar buku, Jalaluddin Rakhmat menobatkan Prof. KH Ibrahim Hosen, LML sebagai "Fazlur Rahman"-nya Indonesia. Fazlur Rahman adalah simbol pembaharu pemikiran Islam yang - menurut Syafi'i Ma'arif - total dan tuntas. Prof. Dr. Umar Shihab menilai beliau lebih dari seorang fakih (ahli fikih). "Ia bahkan seorang mujtahid," kata Guru Besar IAIN Makassar itu. Mujtahid adalah status yang melambangkan otoritas dan kemampuan ilmiah sangat tinggi dalam ilmu hukum Islam. Dari lima macam mujtahid dalam literatur ushul fiqh, sebuah tim penyusun biografinya menempatkan Prof. KH Ibrahim Hosen, LML sebagai mujtahid fatwa. Sejak delapan bulan menjelang ajal, beliau makin khusyuk mengisi waktunya dengan membaca Alqur'an. Institut Ilmu Alqur'an didirikan oleh Prof. KH Ibrahim Hosen, LML pada 1 April 1977, beliau adalah rektor Institut Ilmu Alqur'an dari awal didirikan hingga beliau wafat pada 7 Nopember 2001. Beliau kemudian digantikan oleh Prof. KH Alie Yafie. Institut Ilmu Alqur'an didirikan khusus untuk perempuan, dengan keutamaan wanita menghafal, memahami, dan mengamalkan isi Alqur'an.
READ MORE...
Saturday, October 08, 2005
Profil Ketua Yayasan Institut Ilmu Alqur'an
Lahir di Bengkulu 06 Juli 1939, Hj. Harwini Joesoef atau Ibu Wien - begitu beliau akrab dipanggil - memang bukan berasal dari keluarga sembarangan. Ia anak keluarga terpandang di Bengkulu. Beliau adalah anak bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan H. Mochammad Hasan yang juga asal Bengkulu yang pernah menjabat sebagai Residen Bengkulu dan Menteri Pekerjaan Umum pada kabinet Ali Sostroamidjojo dengan Siti Romlah asal Banten. Beliau menikah dengan H. Mohammad Joesoef Abdillah. Dari perkawinannya itu beliau dikaruniai lima orang putra: Iwan Valiant Joesoef (yang juga salah satu anggota dewan penyantun Institut Ilmu Alqur'an), Irman Syafrizal Joesoef, Ichwan Satya Djaya Joesoef, Ibrahim Maulana Joesoef, dan Ichsan Karim Joesoef.
Sampai saat ini beliau menjabat sebagai Presiden Direktur PT. Pandawa Sempurna (Holding Company). Beliau juga tercatat sebagai Komisaris Utama PT. Mercindo Perkasa, dan Komisaris Utama PT. Epiderma Indonesia Indah. Meskipun waktunya banyak tersita di bidang bisnis, namun, ia selalu mampu meluangkan waktunya untuk IIQ. Inilah yang banyak dikagumi banyak orang tentang Ibu Wien. Di bidang sosial dan pendidikan, jabatan yang dipegang oleh Hj. Harwini Joesoef saat ini adalah sebagai salah satu anggota Pengurus Badan Pembina Perpustakaan Mesjid seluruh Indonesia (BPPMI). Disamping sebagai pendiri Yayasan Institut Ilmu Alqur'an (IIQ) Jakarta, ia dipercaya sebagai Ketua Umum Yayasan Institut Ilmu Alqur'an (YIIQ) Jakarta. Kiprah Ibu Wien di Yayasan Institut Ilmu Alqur'an (YIIQ) dimulai pada saat H.Sulaiman Affan bersilaturrahmi kepada beliau. Dalam pertemuan itu H.Sulaiman Affan menyampaikan keinginannya agar Ibu Wien berkenan meneruskan cita-cita mulia bagi kemajuan Institut Ilmu Alqur'an ke depan. Untuk memenuhi harapan H.Sulaiman Affan tersebut akhirnya didirikanlah sebuah yayasan. Yayasan itu semula diberi nama Yayasan Ilmu Alqur'an Indonesia (AD No.71) yang pada tanggal 27 Agustus 1996 diubah menjadi Yayasan Institut Ilmu Alqur'an (YIIQ) dimana Ibu Wien dipercaya memimpinnya. Dengan didirikannya Yayasan IIQ, maka pengelolaan IIQ ditangani dan berada dibawah yayasan tersebut. Penyerahan secara resmi IIQ kepada YIIQ berlangsung pada tanggal 29 Desember 1983, yang dilakukan secara langsung oleh H.Sulaiman Affan dan diterima oleh Hj. Harwini Joesoef, selaku Ketua Umum YIIQ. Sejak itu pengelolaan dan penyelenggaraan IIQ sampai sekarang berada di bawah naungan yayasan tersebut. Nama Hj. Harwini Joesoef tidak bisa dipisahkan dari perkembangan IIQ di kemudian hari. Jasanya begitu besar. Ia mensubsidi dana setiap bulan untuk IIQ, memberikan dorongan moril dan materiil kepada mahasiswa IIQ, dan tidak jarang ia mengeluarkan dana dari sakunya untuk kemajuan IIQ, pembangunan gedung atau rehabilitasi asrama IIQ, kegiatan mahasiswi IIQ, dan untuk kegiatan alumni IIQ. Maka tidak berlebihan jika kemudian namanya diabadikan untuk sebuah nama salah satu asrama di IIQ Pamulang. Selama berkiprah di IIQ, Ibu Wien merasakan manfaat yang ia peroleh secara tidak langsung. Suatu waktu ia berkata: "Dekat dengan IIQ membuat hidup saya diberkahi Allah. Juga banyak memberikan masukan dalam kehidupan saya, terutama dalam masalah kehidupan kerohanian saya. Dan ketika menghadapi masalah hidup, saya mendapatkan dorongan moril untuk bisa survive (bertahan hidup)." Dalam menjalani hidup ada motto yang selalu ia pegang, yaitu berusaha semaksimal mungkin dan menjadikan hidup agar berguna bagi diri sendiri, keluarga, dan orang-orang di seputarnya. Dengan wajah anggun, terselip senyum dan keramahan, beliau adalah wanita yang tak terlupakan di kalangan IIQ. Ia adalah seorang ibu, kakak, dan teman yang mampu masuk ke relung persoalan para penghuni IIQ. (dikutip dari buku Aku & IIQ Peran dan Kiprah Wanita IIQ Antara Ide dan Fakta Kelangkaan Ulama Wanita)
READ MORE...
Wednesday, October 05, 2005
Our first video conference.
AMERICAN POWER AND GLOBAL SECURITY VIDEO CONFERENCE, BETWEEN ‘THE MIDDLE AMERICA’ AND ‘THE MUSLIM WORLD’.
Jakarta October 04, 2004
To maintain a world peace is a job for all nation leaders in the world. All leaders are responsible to prevent terrorist attack and to prevent war. The 9/11 had shock not just people in United States of America but also shocked other nations in the world. It was the moment that we realized since that day this world is no longer a safe place to live on.
The 9/11 event was leading the United States of America under George .W. Bush administration to attack Afghanistan and Iraq with the assumption that Afghanistan is a hide out for Osama bin laden and Iraq kept the weapon of mass destructions. The war against Afghanistan and Iraq, as a matter of fact was triggered more and more terrorist attack, just like what was happening recently outside the Australian’s embassy in Jakarta, whereas the suicide bomber killed 9 and injured more than 160 people.
A global student organization called American for Informed Democracy (AID) will arrange a video conference between students at universities in ‘Middle America’ and the student’s universities in ‘the Muslim world’. The topic of the video conference is American Power and Global Security. American for informed Democracy has selected the Institute of Qur’anic Studies (IIQ) Jakarta Indonesia to be involved in the video conference which representations of students from one of the ‘Muslim world’. Other universities students from ‘the Muslim world’ which will be involved in these discussions are: The Middle America and the Muslim world Video conference seek to facilitate a frank, cross-cultural exchange between young leaders face to face. American informed for Democracy and the Institute of Qur’anic Studies are conducting our discussions of the American power and global security thru video conference which will be held on: Date : October 13, 2004 Time: 8:00 am Place:Indosat Building, 25th Floor Room 01 Jl. Medan Merdeka Barat 21, Jakarta.
We hope that this video conference will be the great opportunity that our Muslim female voice could be heard, and the USA government could make some rectification pertaining to their foreign policy of the pre-emptive strike doctrine.
READ MORE...
Tuesday, October 04, 2005
Videoconference antara Mahasiswa Institut Ilmu Alqur'an dengan Mahasiswa dari 12 Universitas di Amerika
Salah satu kegiatan Pusat Studi Wanita-Institut Ilmu Alqur'an adalah memenuhi undangan American Informed for Democracy (AID) untuk berdialog dan membantu korban tsunami di Aceh. Hal tersebut langsung telah dilaporkan dan disetujui dengan saran dan waktu oleh Bapak Prof. KH. Ali Yafie pada malam do’a bersama untuk Aceh di Masjid Raudhatul Qur’an pada tanggal 3 Januari 2005 dan juga telah dilaporkan kepada Ibu Ketua Umum Yayasan IIQ. Pada waktu itu disarankan untuk melakukan dialogue dan bantuan apa yang diperlukan pasca tsunami dan tidak hanya daerah Aceh saja yang terkena bencana alam di beberapa daerah Indonesia yang kena juga diikutsertakan demikian saran dari Bapak Prof. KH Ali Yafie. Selanjutnya hal tersebut tidak dapat dilaksanakan mengingat mahasiswa belajar dalam semester pendek sehingga konsentrasi lebih kepada kewajiban utama menjalanlan kuliah dan hal ini adalah benar, oleh karena itu acara dialogue ditunda untuk waktu dan kesempatan yang sesuai dengan availability jadwal mahasiswa. Selanjutnya untuk acara dialog antara dunia barat dan dunia Islam (Muslim World), kembali IIQ diundang dalam program The People Speak 2005, bagian dari serangkaian tema yang disebut America and the World Working Together, yang didukung oleh koalisi organisasi nir laba, termasuk Open Society Institute, The Rockefeller Brothers Fund, dan United Nations Foundation, sebagai bagian yang terlibat dari kepedulian terhadap kebijakan luar negeri Amerika. Pada dialogue ini pihak IIQ memilih topik Poverty, Hunger and Health mengapa? Karena, memang ini yang dialami, sedang terjadi dan menjadi sorotan dunia seiring dengan Millenium Development Goal, G8 semua ini merupakan isu dunia yang harus di cari solusinya. Jadwal dialogue tersebut oleh Amerika dipilih September 27, 2005 jam 20.00 WIB di Gedung Indosat, bertepatan dengan Amerika merayakan musibah 9 bulan tsunami. Untuk biaya penggunaan fasilitas koneksi video conference seluruhnya dibebankan kepada American Informed for Democracy. Dalam rangka melaksanakan program tersebut di atas, kami telah mengirim surat kepada Bapak Pjs Rektor tertanggal 25 Juli 2005, dalam rangka menyiapkan dialogue ini diperlukan persiapan materi dan kemampuan bahasa. Persiapan tersebut direncanakan selama lebih kurang 45 hari, dalam tingkat pelaksanaannya pertemuan tatap muka dilakukan hanya sebanyak 33 hari. Sedangkan waktu pelaksanaan mengambil waktu masa libur mahasiswa dari awal Agustus 2005 sampai dengan September 27, 2005 dimulai dari pagi sampai siang dan sampai sore hari. Mahasiswa yang berpartisipasi dalam acara ini adalah 17 orang sesuai daftar terlampir, bertindak sebagai instruktur dan moderator saya sendiri dibantu dengan Sdr. Nibrasul Huda untuk struktur penulisan dan pemahaman materi, Bapak Nadratuz Zaman untuk pemahaman materi dan bahasa. Ibu Dra. Sri Utari, membantu kami dalam pemahaman materi tentang kesehatan sehingga team presenter kesehatan dapat berdialogue langsung dengan Dirjen Kesehatan. Selain itu juga Ibu Utari memberikan masukan-masukan dalam try-out pada tanggal 17 September dan berkesempatan hadir ketika acara dialogue berlangsung di Gedung Indosat tanggal 27 September jam 20.00 WIB. Pada waktu serah terima Masjid Raudhatul Qur’an tanggal 26 September 2005 yang lalu kami telah menyampaikan kepada Ketua Umum Yayasan IIQ dan jajarannya, Bapak Prof. KH Ali Yafie, Bapak H.M. Sudomo dan Pimpinan IIQ beserta jajarannya sekaligus mengundang dan mohon do’a restunya demi kelancaran dan suksesnya acara dialogue pada tanggal 27 September 2005. Alhamdulillah berkat do’a dan dukungan semua pihak, pada tanggal 27 September 2005 acara dapat berlangsung sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Dialogue dilaksanakan secara bersamaan dengan para peserta dari tempat yang berbeda (multiple sites) dan yang menjadi primary leader moderator adalah Northwestern University. Peserta video conference ada sebanyak 12 Universitas terdiri dari 10 Universitas Amerika dari 6 negara bagian, satu dari Indonesia dan satu dari Ecuador. Sayang sekali, Ecuador gagal berpartisipasi disebabkan masalah teknis. Peserta Video Conference dari Institut Ilmu Alquran Jakarta adalah: Atiqoti Minarika, Ushuluddin(Islamic Theology)/V, Presenter Health Azmi Nadiya, Tarbiyah(Islamic Education)/V, Presenter Poverty Fatmah, Ushuluddin(Islamic Theology)/III, Standby Presenter Health Fitrotin Azizah, Syari’ah(Islamic Law)/VII, Presenter Hunger Iswatin Hasanah, Ushuluddin(Islamic Theology)/V, Listen to the presenter take notes and analyze the problem and prepare for question & answer Minhatul Maula, Tarbiyah(Islamic Education)/V, Asking question & answer Munfaatin, Tarbiyah(Islamic Education)/V, Asking question & answer Nurchayati, Ushuluddin(Islamic Theology)/V, Listen to the presenter take notes and analyze the problem and prepare for question & answer Nur Fadiyah, Syari’ah(Islamic Law)/V, Standby Presenter Hunger Risma, Tarbiyah(Islamic Education)/III, Listen to the presenter take notes and analyze the problem and prepare for question & answer Ruskha Nurur Ru’fah, Ushuluddin(Islamic Theology)/III, Asking question & answer Ruwaedah, Ushuluddin(Islamic Theology)/V, Listen to the presenter take notes and analyze the problem and prepare for question & answer Sita Simpati, Tarbiyah(Islamic Education)/III, Standby presenter Syarifah Khairunissa, Syari’ah(Islamic Law)/XI, Presenter intro,question & answer Wisamrohilina, Asking question, answer, & summarize all the discussion Zuhriyyah Hidayati, Tarbiyah(Islamic Education)/V, Listen to the presenter take notes and analyze the problem and prepare for question & answer - Nurlela, S2 (Post-Graduate) IIQ, Asking question & answer (just joint the VC team two days before the show)
Universitas Peserta Videoconference dari Amerika: Mt. Holyoke College Massachusetts; Northwestern University Illinois; Illinois State University – Illinois; St Bonaventure University – New York; New York University – Manhattan New York; Juanita College – Pensylvania; Old Dominion University – Virginia; University of Alabama – Alabama.
Hal ini baru pertama kali dilakukan dan Indonesia mendapat kesempatan pertama untuk mempresentasikan materi dari topik yang dibahas. Alhamdulillah semua berjalan lancar dan mahasiswi IIQ menjadi lime light dari acara diskusi tersebut sesuai dengan e-mail terlampir dari Mr. Seth Green, Ketua American Informed for Democracy. Acara dialogue juga dihadiri oleh dua orang perwakilan BEM IIQ.
Hasil diskusi dari video conference ini adalah: Negara maju seperti Amerika bersedia untuk menyumbangkan dana untuk membantu Negara-negara berkembang yang mengalami masalah kemiskinan, kelaparan dan kesehatan. Kendala yang paling utama dalam pendistribusian bantuan tersebut adalah korupsi, dimana banyak bantuan dana dari Negara maju tersebut tidak mencapai tujuan. Negara maju seperti Amerika mengusulkan adanya kerja sama dari Lembaga Non Pemerintah dengan negara berkembang untuk mencari jalan alternative agar bantuan tersebut dapat diterima oleh yang membutuhkan. Mengapa? Karena, ada pernyataan dari pihak Amerika bawa pemerintah Amerika harusnya tidak perlu memberi bantuan kepada regim yang korup. Selain itu, mereka juga ada mengusulkan bahwa Negara maju dengan Negara berkembang harus bersama-sama melawan korupsi untuk mengentaskan kemiskinan. Karena, korupsi juga terjadi di organisasi keuangan dunia yaitu IMF dan World Bank. Peserta mengatakan bahwa 1% dari APBN Amerika untuk membantu Negara berkembang dalam mengurangi kelaparan, kemiskinan dan kesehatan yang jelek. 1% ini adalah sama dengan 25 billion US $ dimana kami mendengar dari mantan Presiden Bill Clinton pada diskusi di CNN beberapa waktu yang lalu akan ditingkatkan menjadi 30 billion US Dollar untuk membantu kemiskinan Negara dunia berkembang. Banyak orang Amerika tidak pernah melihat penderitaan Negara berkembang setelah negeri mereka diterjang badai hebat Katrina dan Rita, mereka baru sadar bagaimana rasanya menderita kelaparan dan kehilangan harta benda. Sekarang, mereka dapat merasakan penderitaan Negara berkembang dan bersedia membantu semampunya. Amerika mengusulkan harus ada doktrin internasional untuk menangani masalah-masalah di Negara berkembang. Peserta dari Amerika juga mengusulkan pada PBB terutama organisasi UNICEF untuk membantu masalah kesehatan anak-anak di Negara berkembang.
READ MORE...
Monday, October 03, 2005
Salah satu kegiatan Pusat Studi Wanita-Institut Ilmu Alqur'an adalah memenuhi undangan American Informed for Democracy (AID) untuk berdialog dan membantu korban tsunami di Aceh. Hal tersebut langsung telah dilaporkan dan disetujui dengan saran dan waktu oleh Bapak Prof. KH. Ali Yafie pada malam do’a bersama untuk Aceh di Masjid Raudhatul Qur’an pada tanggal 3 Januari 2005 dan juga telah dilaporkan kepada Ibu Ketua Umum Yayasan IIQ. Pada waktu itu disarankan untuk melakukan dialogue dan bantuan apa yang diperlukan pasca tsunami dan tidak hanya daerah Aceh saja yang terkena bencana alam di beberapa daerah Indonesia yang kena juga diikutsertakan demikian saran dari Bapak Prof. KH Ali Yafie. Selanjutnya hal tersebut tidak dapat dilaksanakan mengingat mahasiswa belajar dalam smester pendek sehingga konsentrasi lebih kepada kewajiban utama menjalanlan kuliah dan hal ini adalah benar, oleh karena itu acara dialogue ditunda untuk waktu dan kesempatan yang sesuai dengan availability jadwal mahasiswa. Selanjutnya untuk acara dialog antara dunia barat dan dunia Islam (Muslim World), kembali IIQ diundang dalam program The People Speak 2005, bagian dari serangkaian tema yang disebut America and the World Working Together, yang didukung oleh koalisi organisasi nir laba, termasuk Open Society Institute, The Rockefeller Brothers Fund, dan United Nations Foundation, sebagai bagian yang terlibat dari kepedulian terhadap kebijakan luar negeri Amerika.
Pada dialogue ini pihak IIQ memilih topik Poverty, Hunger and Health mengapa? Karena, memang ini yang dialami, sedang terjadi dan menjadi sorotan dunia seiring dengan Millenium Development Goal, G8 semua ini merupakan isu dunia yang harus di cari solusinya. Jadwal dialogue tersebut oleh Amerika dipilih September 27, 2005 jam 20.00 WIB di Gedung Indosat, bertepatan dengan Amerika merayakan musibah 9 bulan tsunami. Untuk biaya penggunaan fasilitas koneksi video conference seluruhnya dibebankan kepada American Informed for Democracy.
Dalam rangka melaksanakan program tersebut di atas, kami telah mengirim surat kepada Bapak Pjs Rektor tertanggal 25 Juli 2005, dalam rangka menyiapkan dialogue ini diperlukan persiapan materi dan kemampuan bahasa. Persiapan tersebut direncanakan selama lebih kurang 45 hari, dalam tingkat pelaksanaannya pertemuan tatap muka dilakukan hanya sebanyak 33 hari. Sedangkan waktu pelaksanaan mengambil waktu masa libur mahasiswa dari awal Agustus 2005 sampai dengan September 27, 2005 dimulai dari pagi sampai siang dan sampai sore hari. Mahasiswa yang berpartisipasi dalam acara ini adalah 17 orang sesuai daftar terlampir, bertindak sebagai instruktur dan moderator saya sendiri dibantu dengan Sdr. Nibrasul Huda untuk struktur penulisan dan pemahaman materi, Bapak Nadratuz Zaman untuk pemahaman materi dan bahasa. Ibu Dra. Sri Utari, membantu kami dalam pemahaman materi tentang kesehatan sehingga team presenter kesehatan dapat berdialogue langsung dengan Dirjen Kesehatan. Selain itu juga Ibu Utari memberikan masukan-masukan dalam try-out pada tanggal 17 September dan berkesempatan hadir ketika acara dialogue berlangsung di Gedung Indosat tanggal 27 September jam 20.00 WIB.
Pada waktu serah terima Masjid Raudhatul Qur’an tanggal 26 September 2005 yang lalu kami telah menyampaikan kepada Ketua Umum Yayasan IIQ dan jajarannya, Bapak Prof. KH Ali Yafie, Bapak H.M. Sudomo dan Pimpinan IIQ beserta jajarannya sekaligus mengundang dan mohon do’a restunya demi kelancaran dan suksesnya acara dialogue pada tanggal 27 September 2005.
Alhamdulillah berkat do’a dan dukungan semua pihak, pada tanggal 27 September 2005 acara dapat berlangsung sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Dialogue dilaksanakan secara bersamaan dengan para peserta dari tempat yang berbeda (multiple sites) dan yang menjadi primary leader moderator adalah Northwestern University. Peserta video conference ada sebanyak 12 Universitas terdiri dari 10 Universitas Amerika dari 6 negara bagian, satu dari Indonesia dan satu dari Ecuador. Sayang sekali, Ecuador gagal berpartisipasi disebabkan masalah teknis.
Peserta Video Conference dari Indonesia adalah Institut Ilmu Alquran. Atiqoti Minarika, Ushuluddin/V, Presenter Health Azmi Nadiya, Tarbiyah/V, Presenter Poverty Fatmah, Ushuluddin/III, Standby Presenter Health Fitrotin Azizah, Syari’ah/VII, Presenter Hunger Iswatin Hasanah, Ushuluddin/V, Listen to the presenter take notes and analyze the problem and prepare for question & answer Minhatul Maula, Tarbiyah/VII, Asking question & answer Munfaatin, Tarbiyah/V, Asking question & answer Nurchayati, Ushuluddin/V, Listen to the presenter take notes and analyze the problem and prepare for question & answer Nur Fadiyah, Syari’ah/V, Standby presenter hunger Risma, Tarbiyah/III, Listen to the presenter take notes and analyze the problem and prepare for question & answer Ruskha Nurur Ru’fah, Ushuluddin/III, Asking question & answer Ruwaedah, Ushuluddin/V, Listen to the presenter take notes and analyze the problem and prepare for question & answer Sita Simpati, Tarbiyah/III, Standby presenter Syarifah Khairunissa, Syari’ah/XI, Presenter intro,question & answer Wisamrohilina, Asking question, answer, & summarize all the discussion Zuhriyyah Hidayati, Tarbiyah/V, Listen to the presenter take notes and analyze the problem and prepare for question & answer Nurlela, S2 IIQ, Asking question & answer (just joint the VC team two days before the show)
Peserta Video Conference dari Amerika:
Mt. Holyoke College Massachusetts; Northwestern University Illinois; Illinois State University – Illinois; St Bonaventure University – New York; New York University – Manhattan New York; Juanita College – Pensylvania; Old Dominion University – Virginia; University of Alabama – Alabama.
Hal ini baru pertama kali dilakukan dan Indonesia mendapat kesempatan pertama untuk mempresentasikan materi dari topik yang dibahas. Alhamdulillah semua berjalan lancar dan mahasiswi IIQ menjadi lime light dari acara diskusi tersebut sesuai dengan e-mail terlampir dari Mr. Seth Green, Ketua American Informed for Democracy. Acara dialogue juga dihadiri oleh dua orang perwakilan BEM IIQ.
Hasil diskusi dari video conference ini adalah:
Negara maju seperti Amerika bersedia untuk menyumbangkan dana untuk membantu Negara-negara berkembang yang mengalami masalah kemiskinan, kelaparan dan kesehatan. Kendala yang paling utama dalam pendistribusian bantuan tersebut adalah korupsi, dimana banyak bantuan dana dari Negara maju tersebut tidak mencapai tujuan. Negara maju seperti Amerika mengusulkan adanya kerja sama dari Lembaga Non Pemerintah dengan negara berkembang untuk mencari jalan alternative agar bantuan tersebut dapat diterima oleh yang membutuhkan. Mengapa? Karena, ada pernyataan dari pihak Amerika bawa pemerintah Amerika harusnya tidak perlu memberi bantuan kepada regim yang korup. Selain itu, mereka juga ada mengusulkan bahwa Negara maju dengan Negara berkembang harus bersama-sama melawan korupsi untuk mengentaskan kemiskinan. Karena, korupsi juga terjadi di organisasi keuangan dunia yaitu IMF dan World Bank. Peserta mengatakan bahwa 1% dari APBN Amerika untuk membantu Negara berkembang dalam mengurangi kelaparan, kemiskinan dan kesehatan yang jelek. 1% ini adalah sama dengan 25 billion US $ dimana kami mendengar dari mantan Presiden Bill Clinton pada diskusi di CNN beberapa waktu yang lalu akan ditingkatkan menjadi 30 billion US Dollar untuk membantu kemiskinan Negara dunia berkembang. Banyak orang Amerika tidak pernah melihat penderitaan Negara berkembang setelah negeri mereka diterjang badai hebat Katrina dan Rita, mereka baru sadar bagaimana rasanya menderita kelaparan dan kehilangan harta benda. Sekarang, mereka dapat merasakan penderitaan Negara berkembang dan bersedia membantu semampunya. Amerika mengusulkan harus ada doktrin internasional untuk menangani masalah-masalah di Negara berkembang. Peserta dari Amerika juga mengusulkan pada PBB terutama organisasi UNICEF untuk membantu masalah kesehatan anak-anak di Negara berkembang.
READ MORE...
Sunday, October 02, 2005
A Glance of the Institute of Qur’anic Studies
Institute for Qur’anic Studies was founded by Prof.K.H. Ibrahim Hosen, on April 01, 1977. Prof. K.H. Ibrahim Hosen was the chairman of fatwa commission of the Indonesian Councils of Ulama’. He was the Rector of IIQ from it was established until the day he died on November 07, 2001. When IIQ first established it was designed as an Islamic school for women only, with the emphasis that students have to memorize all the content of the holy Qur’an.
In Institute of Qur’anic Studies, memorizing the contents of Al-Qur’an as the main lesson, since from this Holy Book was source of Islam. Hopefully with the women memorizing Al-Qur’an the strength of mind will come out and it will be convincing for women students to stand out in its function. The Institute of Qur’anic Studies have three under-graduate faculties, which are Shari’ah (Islamic Law), Ushuluddin (Islamic Theology), and Tarbiyyah (Islamic Education), a faculty of post graduate in concentration of Hadith Science, and a program for educational teaching certificate. Institute of Qur’anic Studies is the only institute in Islamic World in which women memorizing Al-Qur’an as the main element. Such Institution does not exist in the Middle-East, because in some of middle east countries, to show a woman face out in the open is a sin, that is one of the reason that most women in Middle-East wearing a veil. In Islam, woman’s face is Aurat – part of woman’s body who cannot be seen by the other man other than her own family, such as parents, brother and sisters. In accordance to that case, some of them also said that woman’s voice is also Aurat, and men forbidden to hear woman’s voice which is including the Qur’an reading.
Institute of Qur’anic Studies nowadays facing a problem where the students with academic abilities have difficulties to get the scholarship, because the scholarships that offered in our college is directly just for the students with Qur’anic abilities. The other problem is the underpaid salary for the lectures; they have to get another lecturing job in order to fulfill their family’s basic need.
Institute of Qur’anic Studies is unprofitable institution or we may consider our school very poor, since our school is not self-reliant, our school has survived for the last 28 years, because of the kindness donation of the chairwoman of the Institute of Qur’anic Studies foundation, the charitable trust members and the Jakarta Governor’s office that provide us with financial assistance every year.
READ MORE...
|